Senin, Desember 16
Shadow

H. AHMAD TOHARI: KOESWINTORO SAHABAT LAHIR BATIN.

H. Ahmad Tohari saat menyampaikan tauziah pada Ultah Koeswintoro ke 74 di Grafika Hotel Gombong, 4/2. (sh)

Selarasindo.com—Ada yang mengejutkan dari pernyataan sastrawan  kondang dari Banyumas H. Ahmad Tohari. Dalam menyampaikan kata sambutan acara hari ulang tahun Koeswintoro (Pak Liem) owner Grafika Grup Gombong, H. Ahmad Tohari mengatakan bahwa dirinya adalah sahabat Pak Liem  sahabat lahir batin, dunia akherat.

Ia yakin bahwa dirinya adalah sahabat dunia akherat merupakan hasil pengamatan dan hubungannya selama ini baik secara pribadi maupun dari gagasan yang ada dalam diri Koeswintoro.

“Beliau menginspirasi saya. Kepribadiannya sangat baik dan patut menjadi teladan.” ujar Ahmad Tohari (71), mengawali sambutannya. Saat ini beliau sedang mengadakan perayaan hari ulang tahun kelahirannya 15 Januari lalu yang ke 74. Meski ulang tahunnya tanggal 15 Januari 2019 lalu, namun dirayakan malam hari ini bertepatan dengan perayaan hari besar Ilmlek. “ ujar h. Ahmad Tohari dalam tauziahnya di acara Ultah ke 74 Koeswintoro di Grafika Hotel Gombong Senin 4/2.

Tamu undagan (kiri) dan Keluarga besar Pak Liem sesaat sebelum potong tumpung Ultah ke 74 di Grafika Hotel Gombong, Senin 4/2. (kanan) (sh)

Dihadapan sekitar 500 tamu undangan dari berbagai daerah bahkan ada yang sengaja datang dari Bali, Ahmad Tohari menuturkan slogan dalam ultahnya kali ini yakni Silaturahmi Budaya indahnya Kebersamaan.

“Rasa indahnya kebersamaan ini sering diucapkan oleh Pak Liem,” ujar sastrawan penulis novel Ronggeng Dukuh Paruk yang mendunia ini.

Bagi kita lanjuta,  tentu percaya dan membenarkan apa yang diungkapkan beliau itu. Karena kita sering mendengar kata-kata yang sering diucapkan beliau selaras dengan petuah Jawa yakni Rukun agawe santoso, Crah agawe bubrah. Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh.

Ini membuktikan bahwa yang namanya kebersamaan sudah betul-betul menjadi bagian atau roh kebudayaan Indonesia. Kebersamaan ini akan diuji atau sedang diuji.  Sebagai bangsa Indonesia kita akan menghadapi pemilu serentak pada tanggal 17 April April 2019 mendatang.

“Namun saya yakin bangsa Indonesia sudah dewasa dalam ber demokrasi. Sehingga indahnya kebersamaan tidak perlu terganggu dengan adanya pilihan politik secara serentak ini.” Tambahnya.

Kita akan memenuhi kewajiban sebagai warganegara yang baik, kita akan ke TPS memilih wakil rakyat mulai DPRD Kabupaten, Propinsi,  Presiden maupun DPD. Kita harap semua yang punya hak pilih berangkat ke TPS dengan kesadaran sebagai warga negara negara yang baik dengan penuh keikhlasan untuk membangun negara melalui pemilu serentak ini.

Karakter Penginyongan.

Kita sudah cukup dewasa sehingga kita datang ke TPS dengan kesadaran. Kalau dulu mungkin kita kurang  bebas, ada perasaan yang menekan dan lainnya.  Namun saat ini datang ke TPS dengan penuh kesadaran bahwa kita betul-betul memikirkan negeri yang kita cintai ini.

“Pak Liem sahabat kita ini,  juga punya kosa kata lain yakni kata Karakter. Kata karakter selalu didengung-dengungkan. Beliau was was.  Mengapa karakter kita tidak terbangun dengan jelas. Kalau karakter orang Jepang itu jelas, yakni bertanggungjawab. Lalu karakter kita ini apa? Kalau menurut beliau bahwa karakter kita adalah Karakter Penginyongan. Lalu Penginyongan itu apa sih? Penginyongan tidak lain adalah Pancasila. Pancasila adalah eling, atau ingat kepada Tuhan Yang Maha Esa. Kasih sayang terhadap sesama manusia, Pancasila cinta tanah air, cinta kebangsaan. Karakter itu yang menggungah semangat Pak Liem sehingga saya amat dekat dengan beliau dan anak-anaknya.

Beliau Pak Liem memiliki jiwa nasionalisemenya luar biasa. Beliau membuat ribuan CD lagu lagu nasional kebangsaan yang dibagi bagikan kepada anak-anak sekolah. Beliau juga mencetak Buku Bahagia Tanpa Narkoba. Hal itu membuktikan betapa besarnya perhatian beliau terhadap masa depan bangsa dengan selalu mengingatkan bahayanya narkoba.

Kemudian Pak Liem  membangun wahana wisata Agro Karang Penginyongan di desa Karang Tengah Kecamatan Cilongok Banyumas. Di atas tanah seluas 4 hektar beliau membangun wahana wisata edukasi sebagai media untuk pembentukan karakter penginyongan yang tidak lain adalah karakter Pancasila.

Pak Liem juga rasa kemanusiaan yang tinggi dan amat dekat dengan karyawannya. Dalam kesempatan tersebut memberikan tali kasih kepada karyawan yang berusia 60 tahun.

Jiwa nasionalismenya yang tinggi dibuktikan dengan penampilan aneka seni tradisional mulai dari Calung dari Banjarnegara, Thek Thek dari Banyumas,  Band Tuna Netra (Kebumen), Lengger Lanang (Banyumas)  yang dikolaborasikan dengan kesenian dari Tingkok yakni  Barongsai dari masyarakat Gombong. Puncak acara ditutp dengan ratusan obor dan pesta kembang api. (Saring Hartoyo)

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.