Selarasindo.com–Universitas Indraprasta PGRI Jakarta (Unindra) terus gencar dalam upaya pelestarian budaya. Diantaranya mementaskan wayan g kulit di berbagai daerah. Sabtu 9 Maret 2019 digelar di desa Sambeng Kulon Kecamatan Kembaran kabupaten Banyumas. Kegiatan ini merupakan pelaksanaan program Pengabdian Kepada Masyarakat (Abdimas).
Kali ini menyajikan hiburan wayang kulit dalang kondang dari Solo Ki H. Anom Suroto berkolaborasi dengan dua dalang cilik kakak beradik Pramariza Fadhlansyah yang duduk di kelas 8 SMPIT Mitahul Ulum dan Rafi Ramadhan kelas 5 SDIT Miftahul Ulum dengan lakon Semar Mbangun Kahyangan.
Pagelaran wayang kulit di desa Sambeng Kulon ini dalam rangka peringatan Hari Jadi Banyumas ke 448 ini mendapat respon luar biasa dari masyarakat. Sejak sore hingga tengah malam mereka tetap bertahan di lapangan sambil menikmati berbagai atraksi adegan perang dalang cilik dan petuah dalang senior Ki Anom Suroto. Semakin seru lagi penoton dihibur oleh dagelan Agnes Dodo dan Abimanyu yang sempat didaulat oleh Ki Anom Suroto untuk sekilas menampilkan seni ketoprak.
“Alhamdulillah Unindra bisa tampil lagi. Dan kali ni di desa Sambeng Kulon kecamatan Kembaran kabupaten Banyumas dalam rangka peringatan Hari Jadi Banyumas ke 448. Kegiatan ini merupakan program pengabdian kepada masyarakat melalui pagelaran wayang kulit. Ini merupakan bagian dari upaya nyata agar budaya Jawa agar tidak punah karena tergusur oleh budaya bangsa lain.” Ujar Prof. Sumaryoto.
Prama dan Rafi sudah beberapa kali pentas di kabupaten Banyumas dan sebelumnya di alun alun Banyumas. Waktu itu bersama putra Ki Anom yakni Ki Bayu Aji Pmungkas. Pentas bersama dengan Ki H. Anom Suroto bukanlah hal yang baru. Sebelumnya Prama-Rafi juga pernah pentas bersama di di Taman Mini Indonesia Indah Jakarta.
Dikatakan oleh Prof. Sumaryoto bahwa Prama-Rafi bulan April selama sepekan berada di Korea Selatan akan tampil di kota Seoul atas undangan KBRI di sana. Setelah itu pada tanggal 20 Agustus pentas di Kebumen dalam rangka peringatan hari jadi Kebumen ke 390 yang juga bersama Ki Anom Suroto.
Bikin bangga orang tua.
Dari pengamatan, baik sabet, suluk maupun anta wecana Prama dan Rafi mengalami perkembangan yang amat pesat. Bahkan Ki Anom Suroto sendiri merasa kagum dan bangga. Tak menyangka Prama dan Rafi secara total mau belajar mayang sehingga ketika olah sabet mendapat tepuk gemuruh penonton yang memenuhi lapangan tersebut.
Dan yang membanggakan lagi, meski lapangan desa Sambeng Kulon yang berada di ‘pedalaman’ di tengah sawah namun penontonnya luar biasa banyak. Mulai anak-anak, remaja hingga orang tua dan kakek nenek. Bahkan mereka sengaja membawa tiker untuk gelaran sambil nonton wayang baik secara langsung ke arah panggung maupun melalui layar monitor yang berada di kanan kiri panggung.
Dari pengamatan di tengah penonton, masyarakat Sambeng Kulon yang juga penggemar wayang kulit , tampak menikmati olah sabet dua dalang cilik tersebut dengan sebentar-sebentar berdecak kagum dan tepuk tangan. Dan secara tidak langsung, dengan pementasan wayang kulit tersebut sekaligus ikut menggerakkan ekonomi rakyat. Ratusan pedagang memadati lapangan yang padat dengan penonton. (Saring Hartoyo/Joko Waluyo)