Oleh :
Gisyanugrah Teddy Sanjaya
(Mahasiswa Universitas Peradaban, Fakultas Sains dan Teknologi)
Selarasindo.com–Ditengah perkembangan teknologi yang semakin pesat di era milenial ini sudah mulai merambah dan muncul beriringan berita-berita kebohongan di media sosial, atau yang biasa disebut dengan istilah hoax. Hoaks yang kini tercantum di Kamus Besar Bahasa Indonesia dengan arti “berita bohong” tak sesederhana kelihatannya.
Hoaks yang biasa diartikan sebagai upaya memperdaya banyak orang dengan sebuah berita bohong, memperdaya sekumpulan orang dengan membuat mereka percaya pada sesuatu berita yang telah dipalsukan.
Berita bohong dan fitnah sering menemukan fenomena untuk hadir dalam kehidupan manusia. Padahal, dalam sejarah berita bohong sudah tertulis jelas dalam kitab-kitab suci sejak perjalanan manusia baru dimulai dan terus berlanjut hingga jaman dimana teknologi hampir-hampir “mengistirahatkan” otak dan hati manusia.
Dalam penulisan ini akan mencoba menampilan sedikit demi sedikit tentang kisah hoax yang tercatat dalam Al-Qur’an melalui kisah Nabi Adam Alaihisalam agar bisa kita ambil pelajarannya tentang pola pemberitaan yang tidak bertanggung jawab.
Di dalam Al-Qur’an al-Karim menginformasikan pada kita pada surat al-A’raf, ayat 19-22.
“(Dan Allah Berfirman): “Hai Adam bertempat tinggallah kamu dan istrimu di surga serta makanlah olehmu berdua (buah-buahan) dimana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu berdua mendekati pohon ini, lalu menjadilah kamu berdua termasuk orang-orang zalim”. Ayat 19.
Inilah faktanya, pohon tersebut tidak sepatutnya didekati. Pasalnya, larangan dari Tuhan Maha Kuasa sudah menyebutkan bahwa mendekatinya akan menimbulkan bahaya, menjadi golongan orang-orang yang dhalim. Fakta ini di dapat dari sumber pertama yang paling kredibel, paling terpercaya, yaitu Allah SWT.
Ayat 20, “Maka syaitan membisikkan pikiran jahat kepada keduanya untuk menampakkan kepada keduanya apa yang tertutup dari mereka yaitu auratnya dan syaitan berkata:”Tuhan kamu tidak melarangmu dan mendekati pohon ini, melainkan supaya kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang-orang yang kekal (dalam surga)”. Inilah hoaks pertama dalam sejarah manusia, dimana iblis membisikkan ke telinga Nabi Adam AS.
Jika kita tarik awal dari latar belakang tersebut siapakah pelaku sekarang yang sedang gencar memberitakan berita-berita palsu dalam media, apakah dia salah satu individu yang mendapatkan bisikkan syaitan(Iblis)?
Hingga kini, eksistensi hoaks terus meningkat. Dari kabar palsu seperti entitas raksasa seperti Loch Ness, tembok China yang terlihat dari luar angkasa, hingga ribuan hoaks yang bertebaran di pemilihan umum presiden Amerika Serikat di tahun 2016. Semua hoaks tersebut punya tujuan masing-masing, dari sederhana publisitas diri hingga tujuan yang amat genting seperti politik praktis sebuah negara adidaya.
Ditambah lagi menjelang Pilpres pada 17 April mendatang, sebaran berita fitnah semakin menjalar. Pada Maret 2019 saja laporan Kementrian Komunikasi dan Informatika terdapat lebih dari 453 berita yang terverifikasi bohong. Angka ini hampir tiga lipat dari berita hoax yang menyebar di bulan Januari.
Kabar bohong yang menyerah pemerintah sudah bermacam-macam diantaranya menyebut pemerintah pro-komunisme, antek asing, anti islam, merupakan informasi yang tidak benar. Fitnah itu bukan hanya bisa memicu perpecahan dan konflik horisontal di masyarakat, tetapi juga menghambat pelaksanaan program-program pemerintah yang ditujukan untuk kesejahteraan masyarakat. Ini menjadi salah satu keprihatinan bangsa Indonesia.
Akan hal itu sebenarnya siapakah pelaku sesungguhnya pembuat berita bohong itu? Apakah wartawan profesional? Atau warga biasa yang membuat isu sara membuat berita bohong? Jika kedua tersebut memang benar pembuat berita bohong itu atas dasar apa? Atau dari psikologis yang membuat individu masing-masing yang memang menyukai dengan ujaran kebencian?
Jika di analisis pada dasarnya, wartawan profesional 1-2 % memang ada yang membuat berita bohong sekitar 2-5 isu kebohongan. Namun, disisi lain jika di analisis apakah ada sekitar 65% dari citizen jurnalis yang membuat isu kebohongan?
Citizen journalism itu sebenarnya adalah partisipasi atau bentuk kesadaran masyarakat sipil yang di wakili oleh kelompok-kelompok masyarakat yang tidak ingin terafilisiasi politik, dan tidak terafilisiasi oleh kepentingan-kepentingan. Atau biasa di sebut citizen journalism itu adalah warga biasa yang mengikuti kegiatan jurnalisme.
Jika memang dari beberapa hal diatas merupakan jadi salah satu pelaku pembuat berita bohong, dan memang jika hal itu merupakan tujuan mereka untuk mengambil keuntungan dari opini yang mereka buat kepada perusahaannya. Bukankah hal itu sebenarnya merugikan banyak orang? Tentunya bangsa Indonesia.
Inilah kilasan sedikit mengulas sejarah Nabi Adam AS. Mungkin, ini adalah bisikan-bisikan syaitan yang mencoba mempengaruhi otak dari masing-masing individu itu untuk menjadi individu yang menyukai ujaran kebencian bagi warganya sendiri, dan menyukai kalau masyarakatnya itu saling berkonflik.
Fenomena ini tampaknya akan selalu tumbuh, dengan adanya hal tersebut khalayak dapat bekerja layaknya wartawan dengan cara yang disengaja. Entah itu berita aktual maupun berita isu-isu kebohongan.
Namun, akan hal itu semua. Alangkah baiknya jika citizen jurnalism mengusut konten-konten positif. Perlu juga jadilah seorang penulis yang independen yang terlepas dari kepentingan-kepentingan politik dan menyerap serta menyalurkan aspirasi masyarakat kepada kepentingan publik. (***)