Selarasindo.com—Sejak tahun 2005 hingga kini, wanita yang bernama lengkap Mariyah Kibthiyah S.Ag ini mendapat amanah sebagai Kepala SD Islam Plus Masyithoh yang berada di desa Bajing kulon kecamatan Kroya, kabupaten Cilacap Jawa Tengah.
Yang membanggakan, atas kepemimpinan dan totalitasnya dalam mengemban amanah sebagai kepala sekolah, dari waktu ke waktu siswanya terus bertambah.
Bahkan di saat banyak sekolah yang mengalami kesulitan mendapatkan siswa, sebaliknya sekolah yang dipimpinnya mengalami lonjakan pesat. Untuk tahun ajaran 2020-2021 sebanyak 450 siswa.
Kangen anak didik.
Di era Pandemic Covid-19 yang melanda dunia termasuk Indonesia ini membuat pemerintah mengambil kebijakan dengan pola pendidikan jarak jauh atau daring.
Ternyata pola pendidikan seperti ini banyak permasalahan yang muncul di tengah masyarakat. Selain ada orangtua yang tidak memiliki HP seperti yang dibutuhkan untuk pembelajaran melalui online, juga ada desa yang mengalami kesulitan jaringan.
“Untuk mengatasi kendala seperti ini guru ditugaskan terjun ke masyarakat guna membantu para orang tua yang mengalami kesulitan,” ujarnya kepada selarasindo.com saat dijumpai usai memberikan TOT Firtual tentang Sekolah Sehat kepada 30 orang guru di sekolah yang dipimpinnya di Agro Karang Penginyongan, Rabu, 22/10.
Selanjutnya ia menuturkan, akibat pembelajaran jarak jauh ini banyak ibu-ibu yang merasakan betapa sulitnya mendidik anaknya untuk menerima pelajaran dari sekolah yang diberikan secara online.
Disisi lain, dengan adanya wabah Corona ini tugas guru tidak mutlak untuk mencerdaskan siswa. Pendidik juga diberikan amanah untuk terus berupaya agar siswa tetap sehat, tetap selamat dan tidak terkena virus corona. Salah satu upaya pencegahan terhadap virus Corona sesuai protokol kesehatan yakni cuci tangan l, menggunakan masker dan berjarak dengan orang lain. Itulah mengapa dunia pendidikan menerapkan kebijakan pembelajaran jarak jauh atau daring.
“Tentu kami sangat prihatin. Karena sekian bulan kami tidak bertemu saya jadi kangen dengan anak didik.” ujarnya lagi.
Ibu rumah tangga merangkap jadi guru.
Di sisi lain ibu rumah tangga kini rangkap ‘jabatan’ sebagai guru di rumahnya masing-masing. Mereka baru merasakan ternyata menjadi guru itu tidak mudah seperti yang dibanyangkan. Mendidik untuk satu anak saja banyak diantara ibu-ibu yang merasa kerepotan.
Hal ini karena ternyata tidak mudah memberikan pelajaran bagi anak baik tentang perilaku sehari-hari maupun pembelajaran akademik. Padahal di sekolah dalam satu kelas seorang guru mendidik ada yang sampai 30 siswa.
“Alkhamdulillah, guru adalah orang-orang yang memiliki kesabaran yang luar biasa,” ujarnya lagi.
Dikatakan bahwa pada bulan pertama dan kedua disaat terkena bencana wabah Corona, perintah metetapkan dengan pembelajaran jarak jauh. Saat itu banyak orangtua siswa menyampaikan berbagai keluhannya baik tentang hp maupun yang berkaitan dengan penggunaannya. Tidak semua orang tua bisa menggunakan fasilitas untuk keperluan pembelajaran jarak jauh seperti itu.
Jiwa kepemimpinan.
Memimpin sebuah sekolah dengan siswa yang begitu banyak dan ada 38 orang guru dan karyawan itu bukan pekerjaan mudah.
Namun Mariyah Kibthiyah SAg ternyata memiliki kiat tersendiri dalam memimpin banyak orang. Itulah maka ia berhasil memimpin SD Islam Plus Masyithoh Kroya selama 15 tahun berturut-turut (2005-2020).
” Dalam menghadapi permasalahan saya lebih suka dengan pemikiran tenang atau santai. Baik guru maupun karyawan semua adalah partner kerja,” ujarnya lagi
Baginya, dalam melaksanakan tugas di sekolah tidak ada atasan maupun bawahan. Semua memiliki tanggungjawab. Yang penting berjalan sesuai dengan tupoksinya masing-masing.
Dengan kesetaraan itu maka apabila ada permasalahan bisa diatasi dengan duduk bersama untuk musyawarah. Ia juga menyadari bahwa setiap orang memiliki karakter yang berbeda-beda. Namun perbedaan itu bisa diatasi dengan pendekatan sesuai dengan karakternya masing-masing. (Saring Hartoyo)