Selarasindo.com– Jika kita melintas dari Jeruklegi ke arah Sitinggil atau Gandrungmangu, akan melewati kecamatan Kawunganten. Setelah melewati pasar ke arah barat di sebelah utara jalan ada sekolah yang cukup megah dan asri bertuliskan SMP Negeri 2 Kawunganten.
Sekolah yang dibangun diatas lahan seluas 1,6 hektar untuk fasilitas pendidikan diantaranya 21 ruang belajar, perkantoran, laboratorium, lapangan olahraga, mushola dan lainnya.
Ketika memasuki area ini ada hal yang unik. Di dalamnya selain perkantoran, sejumlah ruang belajar, tak disangka juga ada kolam ikannya yang cukup luas.
Kolam tersebut sebetulnya dibuat untuk menampung air di saat musim hujan. Maklum dulunya sekolah ini dibangun di lahan sawah. Maka sekolah ini ada pada posisi lebih rendah dari jalan raya sehingga pada musim hujan, jika air melimpah hingga dijalan maka kemudian masuk ke lahan sekolah bahkan hingga ruang belajar.
“Untuk mengurangi resiko banjir itu maka dibuat kolam yang kemudian dijadikan pemberdayaan ikan,” ujar Sumaryanto SPd, MPd Kepala SMP N2 Kawunganten dalam bincangannya dengan selarasindo.com ketika ditemui di ruang kerjanya Sabtu 20/3/21.
Sebelumnya ia adalah Kepala SMP Negeri 3 Sidareja selama 4 tahun. Sejak 4 Februari 2019 ia mendapat amanah memimpin SMPN 2 Kawunganten hingga kini.
Namun kolam untuk perikanan juga memiliki resiko tinggi. Pada musim banjir, kolam menampung berbagai sampah dan lumpur dari luar.
“Selain itu kalau banjir, ikan yang ada di kolam juga ikut hanyut keluar,” ujar pria kelahiran Purworejo 18 Juni 1965.
UNBK Mandiri.
Dikatakan bahwa SMP Negeri 2 Kawunganten yang saat ini baru memiliki 21 ruang belajar ini dirasa masih kekurangan 2 ruangan kelas. Oleh karenanya untuk sementara menggunakan ruang laboratorium IPA, yang semula Ruang Rapat kemudian digunakan untuk kelas 9 A.
Dengan adanya Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK), maka sekolah ini kemudian menggunakan salah satu ruangan di lantai 2 sebagai Ruang Laboratorium yang dilengkapi dengan 82 buah Komputer.
“Jika sebelumnya UNBK kami menumpang di tempat lain, sejak 2 tahun lalu kami sudah bisa mengikuti UNBK secara mandiri,” ujar Sumaryanto yang diwaktu senggang ia manfaatkan untuk membaca, menulis, bertani dan aktif berorganisasi profesi di HPBI (Himpunan Penulis Bahasa Indonesia) Cabang Cilacap yang beranggotakan pendidik SD, SMP, SMA / SMK.
Beberapa artikel dan karyanya telah dimuat di jurnal pendidikan dan media massa serta buku antologi yang dimotori Bale Bahasa Jawa Tengah. Dia juga menjadi Ketua HPBI Cabang Cilacap dan setiap tahun sejak 2013 menggelar Kegiatan Bulan Bahasa di beberapa tempat wisata di Cilacap. Seperti di Beteng Pendem, Museum Soesilo Sudarman, Pantai Widarapayung, Pantai Sodong, yang penyelenggaraannya berkoordinasi dengan Dinas P &K, Dinas Pariwisata dan Olahraga Kabupaten Cilacap, PHBI Jawa Tengah, Balai Bahasa Pusat Jawa Tengah.
Selama pandemi Covid-19, kegaiatan HPBI lebih terfokus pada kegiatan peningkatan mutu guru SD, SMP, SMA yang berminat mengikuti Diklat Penulisan/ Penyuntingan buku non-fiksi dan Uji Sertifikasi Kompetisi Penulis / Penyunting dengan mengundang narasumber dari UNNES Semarang, Penguji dari BNSP
Uji sertifikasi pada tahun 2020 dilakukan secara daring dan sebanyak 34 orang pengurus/anggota HPBI dinyatakan layak/lulus dan memperoleh Sertifikat Kompetensi sebagai Penulis dari Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP).
Jumlah siswa stabil.
Dikatakan bahwa SMPN 2 Kawunganten untuk tahun ajaran 2020-2021 jumlah siswanya sebanyak 661 siswa dan sebelumnya tahun ajaran 2019-2020 sebanyak 662 siswa, sehingga jumlah siswa masih dalam katagori stabil. Jumlah tenaga pendidik sebanyak 34 orang termasuk pendidik yang ber SPT yang amen dari SMP Negeri yang lain yakni guru IPA, Bahasa Jawa, dan guru Agama Kristen dan tenaga kependidikannya sebanyak 12 orang.
Dampak pandemi Corona.
Dengan adanya pandemi Corona yang melanda dunia termasuk negara kita ini yang berdampak terhadap pada kehidupan baik kesehatan, ekonomi sosial maupun budaya. Dan yang tak kalah pentingnya adalah dampak terhadap dunia pendidikan.
Dikatakan bahwa mulai dari Guru, tenaga kependidikan, orangtua siswa, hingga ke siswa ikut terdampak wabah pandemi Corona. Jika semula proses pembelajaran tatap muka kini digeser dengan sistem pendidikan jarak jauh atau daring. Sistem daring bukan hanya membutuhkan fasilitas biaya, peralatan seperti HP, komputer dan lainnya juga akses jaringan. Dan ini amat terasa bagi sekolah yang dipimpinnya. Hal ini karena didaerah tersebut masih ada desa yang belum terjangkau jaringan internet.
Selain peralatan juga kemampuan dalam penggunaan HP untuk pembelajaran yang belum semua siswa atau orang tua bisa menggunakannya.
” Oleh karena itu kami menugaskan guru untuk terjun ke masyarakat guna memberikan pembelajaran kepada siswa dengan jumlah terbatas dan tetap mentaati aturan protokol kesehatan,” ujar Sumaryanto seraya mengatakan bahwa siswanya ada yang berasal dari desa di pesisir selatan seperti: desa Mentasan, Ujung Manik, Grugu, Bringkeng dan Babakan yang berada di tepi hutan dan laut sinyal HP android lemah dan sulit terjangkau di terjangkau jaringan internet.
Masalah jaringan juga tergantung pada jenis providernya. Tiap tempat berbeda-beda.
Daerah Tegal Sari, Cigebret (Desa Sarwadadi, Kalijeruk) sinyal tidak stabil.
Kalau provider telkomsel mungkin stabil sinyalnya, tapi karena paketan internetnya lebih mahal maka peserta didik yang ekonomi lemah jarang yang.pakai Telkomsel.
“Jadi peserta didik lebih suka cari paketan internetan yg terjangkau harganya. Yang terjangkau harganya biasanya tidak semua tempat stabil sinyalnya.” ujarnya lagi.
Visi Sekolah.
Adapun Visi sekolah adalah Terwujudnya Peserta Didik yang Beriman, Berprestasi, dan Berbudaya Luhur
Dikatakan oleh Sumaryanto bahwa dengan ditiadakannya UNBK sejak tahun pelajaran 2019/2020, maka ruang komputer di lantai 2 digunakan untuk pembelajaran daring berbasis IT, Pelatihan AKM bagi guru dan siswa, Penilaian harian dengan geogle form, kegiatan IHT bagi pendidik, dan rencana kegiatan lainnya yang membutuhkan komputer dengan pembatasan jumlah pengguna komputer dan tetap mematuhi protokoler kesehatan secara ketat.
Pemimpin ibarat sopir.
Sebagai sosok pendidik yang sudah mengabdi di beberapa sekolah ia menuturkan, bahwa jadi pemimpin yang dibutuhkan adalah bisa mengatur dan bisa menyelami berbagai karakter. Mulai dari siswa, tenaga pendidik, kependindikan, hingga walisiswa, baik kelebihan maupun kekurangannya. Dari situ kemudian diolah agar menjadi potensi untuk meningkatkan prestasi siswa dan kemajuan sekolah.
“Selain itu pemimpin ibarat sopir. Sopir ketika menjalankan pekerjaannya bukan saja harus menuju target dengan memandang ke depan, tapi juga sesekali melihat kebelakang meski hanya kaca menggunakan spion, barangkali ada yang tertidur atau sedang sakit.” ujar sosok yang berhasil memimpin SMP N 2 Kawunganten menjadi sekolah favorit dan siswanya berhasil meraih berbagai prestasi baik akademis maupun non akademis ini. (Saring Hartoyo)