Selasa, November 26
Shadow

SEKILAS BERBINCANG DENGAN SASTRAWAN DAN BUDAYAWAN TEGAL, ATMO TAN SIDIK.

Atmo Tan Sidik. (sh)

Selarasindo.com–Pria yang satu ini pensiun tahun 2019 lalu. Terakhir mengabdi sebagai Kepala Badan Narkoba kabupaten Brebes Jawa Tengah. Meski sudah purna tugas sebagai ASN, namun masih banyak kegiatannya di tengah masyarakat.

Diantaranya, di organisasi keagamaan hingga kini (sudah dua periode) ia masih mendapat amanah sebagai Ketua Lembaga Seniman Muslim Indonesia PCNU Kota Tegal.

Ia juga aktif di Duta Baca Pegiat Literasi kota Tegal. Selain itu, di Brebes ia juga sebagai pembina Rumah Literasi Waskita dan lainnya. Meski dalam kesehariannya amat sibuk, namun masih bisa menyempatkan waktu untuk menulis.

” Insya Allah dalam waktu dekat akan menerbitkan buku berjudul Tadarus Kearifan Lokal yang endorsmennya antara lain  Kang Ahmad Tohari, Kepala Bale Bahasa dan Pengajar Sastra dari Jepang,” ujarnya dalam bincangannya dengan selarasindo.com usai hadiri Lomba Cipta dan Baca Puisi 73 Tahun Ahmad Tohari di Umah Sastra Ahmad Tohari di kawasan wisata edukasi Agro Karang Penginyongan (AKP) desa Karangtengah, Cilongok Banyumas, Jawa Tengah Minggu 27/6/21.

Karya-karya Atmo Tan Sidik yang  telah terbit antara lain buku berdialektika Tegal berjudul:  “Dikendangi Wong Edan Aja Njoged” dan ” Kenthong Titir Untuk Indonesia”. Karya lainnya yang dimuat di antologi bersama dan juga diterbitkan oleh majalah Ancas berjudul “Wulan Ndadari”

Dalam buku antologi syair-syair Ke Indonesiaan,  karyanya juga dimuat bersama dengan karya Sri Sultan Hamengku Buwono Ke X, Paku Alam dan Prof Sumitro Sayuti. Ia juga menulis buku berbahasa Jawa berjudul “Kelapa Ijo Nggo Indonesia”.

Kelapa Ijo memiliki makna bahwa sebaik-baik manusia adalah yang memiliki nilai guna. Dalam buah kelapa, mulai dari Kulit (tepes), Kelapa, Air, Biting, Batang, Daun, Manggar hingga Bathoknya semua bermanfaat.

” itulah filosofinya. Maka Pramuka juga mengambil buah kelapa sebagai simbol,” ujarnya lagi.

Penghargaan.

Karya-karyanyapun meraih berbagai penghargaan. Antara lain, bulan Oktober 2014 ia menerima penghargaan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia katagori Pelestari dan Pengembang Budaya Komunitas. Ia juga pernah diberi mandat sebagai Juri Prasidatama oleh Bale Bahasa Jawa Tengah untuk Puisi Bahasa Jawa.

Atmo Tan Sidik menyerahkan buku karyanya sebagai hadiah kepada para pemenang Lomba Cipta dan Baca Puisi di Umah Sastra Ahmad Tohari Minggu 27/6/21. (Sh)

Pengaruh IT.

Dengan kemajuan di bidang teknologi informasi (IT) saat ini dampak yang amat terasa adalah minat baca bagi anak-anak. Dengan HP mereka sibuk bermain tiktok, game dan lainnya. Lebih asyik nonton gambar hidup dan suara dari pada membaca tulisan.

Dari hasil penelitian para ilmuwan, untuk menanamkan budaya membaca bagi anak-anak  itu diawali dari rumah.

Untuk itu diperlukan keteladanan orang tua dan lingkungan. Kita tidak menafikkan bahwa teknologi informasi otomatis mendorong orang untuk membaca.

“Namun sayangnya minat baca tinggi tapi daya bacanya lemah.” ungkapnya.

Menurutnya, kemajuan di bidang teknologi infomasi saat ini juga sangat membantu memperkuat sebagai media silaturahmi.

“Undangan / pemberitahuan kini tidak selalu dengan kertas.  Melalui washup, Instagram, Facebook dengan tempo yang sangat cepat kita jadi bisa tahu dan menghadiri acara,” ungkapnya lagi.

AKP sebagai ajang komunitas sastra.

Di akhir bincangan, sebagai seorang sastrawan ia berharap Agro Karang Penginyongan melalui Umah Sastra Ahmad Tohari ini bisa menjadi media silaturahmi bagi komunitas sastra dari berbagai daerah seperti Banyumas, Cilacap, Purbalingga, Banjarnegara, Kebumen, Tegal, Brebes dan sekitarnya. (Saring Hartoyo).

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.