Selarasindo.com–Bencana alam bisa terjadi sewaktu-waktu dan tidak dapat diprediksi. Dalam rangka mengatisipasi dan menghadapi kebencanaan, selama 3 hari 2 malam : Kamis, Jumat dan Sabtu 3-5 Maret 2022 PMI (Palang Merah Indonesia) Se Eks Korwil III Jateng mengadakan Latihan Gabungan (Latgab).
Protokol kesehatan.
Sesampainya di lokasi peserta dari berbagai kabupaten/ kota di Jateng ini di swab terlebih dulu dan hasilnya disampaikan kepada panitia.
Latihan diikuti sekitar 120 orang berasal dari 11 kabupaten/kota yakni : Kabupaten Batang, Kota Pekalongan, Kabupaten Pekalongan, Pemalang, kota Pemalang, Kota Tegal, Kabupaten Tegal, kabupaten Brebes (Pantura. Untuk bagian selatan Kabupaten Cilacap, Banyumas, Purbalingga dan Banjarenagara ini bertempat di wahana wisata edukasi Agro Karang Penginyongan (AKP) desa Karangtengah kecamatan Cilongok , Banyumas Jawa Tengah. Acara pembukaan, dihadiri oleh Wakil Bupati Banyumas yang juga Ketua PMI Banyumas Drs. H. Sadewo Tri Lastiono dan Ketua PMI Jawa Tengah Sarwa Pramana SH.MH,
Ir. Ariono Poerwanto BP.MT Ketua Panitia Latgab Palang Merah Indonesia se Eks Korwil III Jateng yang juga Ketua Markas PMI Kabupaten Banyumas dalam bincangannya dengan selarasindo.com menuturkan, dalam Latgab ini lebih banyak kepada Simulasi Erupsi Gunung Slamet.
“Adapun materi pelatihan meliputi berbagai hal. Diantaranya masalah : Logistic, Komunikasi, Posko, Pertolongan, dan Evakuasi,” ujarnya.
Pengadaan air bersih.
Dalam situasi bencana atau darurat, yang paling sering dihadapi adalah masalah pengadaan air bersih. Di Agro Karang Penginyongan ini digambarkan sebagai tempat pengungsian. Maka dalam simulasi ini bencana alam ini juga termasuk masalah pengadaan air bersih. Apabila didaerah bencana dan mengalami kesulitan air maka PMI melakukan berbagai upaya. Namun jika di daerah bencana ada sumber airnya, biasanya tinggal mengolahnya agar menjadi air yang siap pakai bagai masyarakat yang terdampak bencana.”ujar Ir. Ariono Poerwanto BP.MT.
PMI kerjasama dengan BPBD.
Ketika ditanyakan apa bedanya PMI dan BPBD?, Ir. Ariono Poerwanto mengatakan bahwa PMI adalah lembaga non pemerintah, berbeda dengan Dinas Kesehatan. Namun PMI juga punya dasar hukum yakni Undang-Undang No 1 Tahun 2018 tentang Kepalangmerahan.
Kepalangmerahan ini telah diundangkan oleh pemerintah untuk menjadi instrument hukum yang penting bagi Indonesia terutama dalam melaksanakan kegiatan Kepalangmerahaan baik di tingkat local, nasional maupun internasional. Tugas PMI diantaranya Penyediaan Darah, Penanggulangan Bencana, Program-program Kemanusiaan dan Kesehatan.
“PMI memang lebih dekat dengan masalah kesehatan. Karena di beberapa kabupaten PMI juga mempunyai Klinik. Selain itu, PMI juga sering mengadakan kegiatan Bakti Sosial di bidang Pemeriksaan Kesehatan,” ujarnya lagi.
PMI Banyumas selain memiliki Klinik yang aktif dalam kegiatan donor darah, juga sering mengadakan baksos. PMI kabupaten Banyumas juga memberikan bantuan kemanusiaan untuk penderes yang jatuh dari pohon kelapa. Jika dengan kursi roda pasien bisa aktif lagi, maka mereka bisa diberi bantuan berupa kursi roda.
“PMI Banyumas juga memberikan bantuan operasi katarak bagi pasien yang tidak mampu. Sunat Gratis, dan Kacamata bagi siswa SD kelas 4,5 dan 6 dari keluarga tidak mampu,”ujar Ariono lagi.
Pada masa covid pada masyarakat yang Isolasi mandiri, PMI Banyumas juga memberikan sekitar 2000 paket sembako. Selain itu PMI juga memberikan bantuan berupa oksigen.
Karena kebutuhan oksigen sangat penting dan mendesak, meskipun kami dengan tertaih tatih kami terusberupaya untuk mencari solusinya. Dan kami bersyukur mendapat bantuan dari prusahaan jasa pengisian oksigen Cilacap. “Kami memiliki 40 tabung yang untuk dipinjamkan. “ ungkap Ariono lagi.
Relawan.
Dikatakan PMI kabupaten Banyumas sebetulnya cukup banyak. Biasanya mereka yang masih sekolah dan berdomisili di wilayah kabupaten Banyumas. Dalam perjalanan waktu, para relawan PMI ada yang sudah bekerja dan pindah ke daerah lain dan sebagainya.
“Meski dalam kondisi apapun dan berada dimanapun, apabila ada kegiatan yang butuh bantuan relawan mereka terpanggil. Jumlah relawan di Kabupaten Banyumas ada sekitar 200 orang,” ungkap Ariono.
Di sisilain bahwa PMI amat membutuhkan partisipasi para relawan. PMI juga membutuhkan bantuan bagi yang memiliki keahlian tertentu. Bagi yang berusia diatas 35 tahun yang dibutuhkan diantaranya untuk Dapur Umum, Dokter, Psikolog dan lainnya.
“Karena jiwa kemanusiaannya yang begitu tinggi sehingga setiap ada bencana mereka terpanggil untuk membantunya jadi relawan PMI,” paparnya.
Dalam membantu korban bencana, PMI dan BPBD satu langkah bersama. Hanya tugasnya yang berbeda. BPBD. lebih khusus pada penanggulangan bencana dan korban. Sedangkan PMI lebih kearah pada kemanusiaan secara menyeluruh.
“PMI membantu pemerintah untuk penanganan bencana seperti yang tercantum dalam Undang-Undang No 1 tahun 2018,” ujarnya lagi
Mengapa diadakan di AKP?
Adapun mengapa Latbag PMI ini diselenggarakan di AKP? Ir. Ariono menyampaikan. Pertama, karena Banyumas sebagai tuan rumah penyelenggaraan Latgab ini sehingga ia mencari suasana yang alamiah namun tersedia berbagai keperluan pelatihan. Seperti : ruang pertemuan atau aula, penginapan bagi peserta karena pada musim hujan juga ada, suasana pegunungan dan ketersediaan air sebagai bahan simulasi.
“Agro Karang Penginyongan ini sangat alami dan cocok banget untuk kegiatan Latihan Gabungan PMI ini. Tempatnya di ketinggian namun tidak terlalu dingin dan prasarana pendukung seperti internet juga tersedia,” ujar Ariono seraya berharap penataan AKP ini ke depan lebih bagus lagi. (Saring Hartoyo),