Selarasindo.com–Kerinduan masyarakat terhadap seni wayang kulit khususnya di desa Banyudal kecamatan Buayan kabupaten Kebumen dan sekitarnya terobati. Sabtu malam Minggu 14 Mei 2022. Keluarga besar Prof. H. Sumaryoto mudik. Selain dalam rangka silaturahmi juga sekaligus mengobati rasa rindu penggemar wayang kulit, dengan mementaskan dua cucunya yang piawai memainkan wayang kulit.
Siang hari menampilkan dalang cilik Rafi Ramadan yang masih duduk di bangku kelas 2 SMP, dan malam harinya sang kakak yakni Herjuno Prama Reza Fadliansyah yang tengah duduk ke kelas 2 SMA.
Pentas wayang kulit bertempat di Pendapa Banyumudal ini selain ditonton langsung oleh masyarakat sekitar, juga ditayangkan secara lifestreaming TVRI Jateng. Maka bagi penggemar wayang kulit juga bisa menikmati di rumah masing masing. Mereka juga dihibur oleh pesinden, penari dan pelawak. Saat pentas limbukan, Agnes dan Abimanyu dengan menyajikan gending Anjasmoro dan Sinom Grendel.
Pada saat gara-gara, menyajikan lengger Banyumasan dengan lagon Mawar Kuning. Randa Nunut, Blendrong Kulon. Eni Lestari dari Pemalang membawakan lagon Banyuwangen. Sedangkan Hesti dan Abimanyu menyajikan lagon Gelang Alit.
Gatotkaca Senopati.
Selain Rektor Unindra Prof. H. Sumaryoto dan rombongan dari Jakarta, acara juga dihadiri oleh Muspika, Dewan Pengawas TVRI Pusat M. Kabul Budiono dan Kepala TVRI Jawa Tengah, menikmati kepiawaian Ki Herjuno Prama Reza Fadliansyah yang membeberkan lakon ‘Gatotkoco Senopati’ yakni kisah perjalanan hidup putra Jodipati yang terus berjuang mempertaruhkan jiwa dan raganya demi bela negara atau disebut senopati.
Kepiawaian Herjuno Prama Reza Fadliansyah dalam memainkan wayang kulit semakin tak terbendung. Setiap adegan perang membuat tepuk gumuruh. Dan yang mengherankan, penggemar wayang kulit yang hadir di Pendapa Banyumudal bukan sebatas bagi kalangan orang dewasa, namun anak-anak balita hingga remaja baik laki-laki maupun perempuan meski malam itu desa Banyumudal diguyur hujan, namun tetap bertahan hingga pentas tuntas.
Si raja koprol.
Memainkan wayang kulit bukan pekerjaan mudah. Selain faktor keseimbangan juga gerak langkah menyatu dengan iringan. Namun bagi Prama hal seperti itu sudah bukan hal sulit. Hal ini lantaran totalisanya dalam belajar olahraga sabet. Mulai dari jeblosan, dugangan hingga koprol, salto atau jungkir balik.
Dalam olah sabet atau perang, Prama bukan hanya piawai memainkan dua wayang, namun tiga, empat bahkan lima wayang sekaligus dalam satu frame yang secara bersamaan saling jungkir balik atau koprol. Tak heran jika membuat penonton menjadi terbengong dan tepuk gemuruh dan Prama mendapat predikat sebagai dalang milenial si Raja Koprol.
Keliling dunia.
Prama Reza Fadliansyah yang hoby olaraga volly ini adalah sosok pemuda yang sangat membanggakan. Ia lahir dan dibesarkan dibesarkan di Jakarta ini ternyata mau dan mampu menggeluti seni tradisional yang bukan hanya harus belajar dunia pewayangan yang menyangkut, karakter masing masing tokoh wayang, namun juga sastra dan Seni Karawitan sebagai ilustraai musik pengiring.
Saking totalitas nya dalam menggeluti budaya adiluhung yang diakui dunia itu tak heran ia amanah sebagai Duta Budaya Internasional. Ia pernah pentas di sejumlah negara antara lain Uni Sovyet, Hindia, hingga Korea Selatan. Dalam rangka ujudkan program Unindra PGRI Jakarta di bidang Pengabdian Kepada Masyarakat yang bekerjasama dengan TVRI Pusat, Prama tampil di stasiun TVRI di berbagai propinsi di tanah air.
Antara lain TVRI Jogjakarta, Lampung, Banjarmasin, Surabaya. dan ke depan akan pentas di TVRI Semarang, Palangkaraya dan mendapat undangan Kedutaan RI untuk pentas di Malaysia. (Saring Hartoyo)