Selarasindo.com– Pembangunan desa kebanyakan masih lebih fokus pada pembangunan infrastruktur. Namun kurang mempertimbangkan pengelolaan sumber daya alam, sumber daya manusia dan budaya yang berkelanjutan dan ramah lingkungan.
Kemajuan teknologi informasi juga bisa berakibat terjadinya pergeseran budaya hingga masyarakat yang paling bawah yakni pedesaan. Banyak pengelolaan desa semakin eksploitatif terhadap lingkungan demi keuntungan materi tanpa mempertimbangkan aspek kulturalnya.
Demikian antara lain dikemukakan Ketua Dewan Juri OVOS (One Village One Story) Eddie Karsito, saat mengunjungi Desa Wisata Hanjeli di Desa Waluran Mandiri, Sukabumi, Jawa Barat, Senin (12/09/2022).
Kehadiran Eddie Karsito di Desa Wisata Hanjeli Waluran Mandiri, dalam rangka visitasi dan supervisi program ‘OVOS : One Village One Story’ Tingkat Provinsi Jawa Barat, Tahun 2022.
Tim Asesor ‘OVOS langsung disambut Founder Desa Wisata Hanjeli, Asep Hidayat Mustopa, dan Kepala Desa Waluran Mandiri Heli Sugriwa. Hadir juga seniman Sunda Yudi Hidayat, para penari tradisional Sunda, dan penggiat sosial budaya lainnya.
Sebagai penyambutan ditampilkan tarian Ibing Pasirpiring, yang dibawakan oleh para penari remaja dari Desa Wisata Hanjeli Waluran Mandiri.
“Tarian ini menceritakan kehidupan masyarakat Hanjeli Pasir Piring yang sebagian besar bertani. Mengangkat kisah sejarah padepokan Pasir Piring yang dipimpin Eyang Camat Rangga Sura atau Eyang Cipaku dengan komandan keamanan Nyi Lingga Manik,” terang seniman Sunda Yudi Hidayat.
Dalam pemaparan lanjut, Eddie Karsito menyampaikan, para pengembang pedesaan seyogyanya dapat lebih memperhitungkan dan menterjemahkan pengaruh budaya. Tidak sekadar menggenjot keunggulan teknologi yang berorientasi pada ekonomi semata.
Dunia saat ini, kata Eddie, tidak ada lagi sekat-sekat sosial dan batas-batas territorial dengan spektrum masyarakat baru yang menekankan arus informasi.
“Oleh karena itu sisi keunikan sosial budaya masyarakat di setiap desa menjadi penting dipertahankan sebagai dasar membangun desa berkarakter yang memiliki keunikan; kekhasan,” papar Eddie.
Terkait pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) Desa Wisata Hanjeli Waluran Mandiri, Asep Hidayat Mustopa menyampaikan, bagaimana memberdayakan sumber daya lokal.
Terutama para ibu yang secara usia sebagian sudah usdzur tapi masih produktif. Termasuk mantan Tenaga Kerja Wanita (TKW) agar mereka bisa survival di desa sendiri. Tidak susah kerja ke Timur Tengah dengan mengoptimalkan potensi desa sesuai amanat dan kesepakatan SDGs kaitan Gender.
“Juga anak-anak dan pemuda lokal termasuk Santri di Desa Wisata Hanjeli sebagai aset daerah, kita arahkan agar mereka memiliki keterampilan sesuai porsinya,” papar Asep.
Asep menempatkan konsep penta helix menjadi bagian penting dalam pengembangan desa, yang melibatkan unsur akademisi, UMKM lokal, Komunitas Lokal, Pemerintah Daerah, serta kekuatan media. Termasuk konservasi pangan lokal agar tetap lestari dan memiliki nilai pengetahuan yang bisa disosialisasikan ke masyarakat.
“Strategi ini menjadi bagian dari edukasi wisata yang memiliki peran penting dalam kekayaan dan keaneka ragaman hayati. Pemberdayaan berkelanjutan (sutainable development). Menjaga dan memanfaatkan kearifan lolal sesuai adat dan istiadat di sini,” ujar Asep.
Tahun 2021Desa Wisata Hanjeli mewakili Desa Waluran Mandiri meraih Juara Pertama Lomba ‘OVOS : One Village One Story’ Tingkat Kabupaten Sukabumi. Tahun ini terpilih menjadi salah finalis Lomba ‘OVOS : One Village One Story’ Tingkat Provinsi Jawa Barat.
Desa Wisata Hanjeli Waluran Mandiri dikembangkan konsep eduwisata, yakni; wisatawan belajar membudidayakan tanaman pangan Hanjeli yang hampir punah. Sambil healing menikmati keindahan alam.
Untuk mengenalkan potensi desa lebih dekat rombongan dan asesor; Dewan Juri ‘OVOS : One Village One Story’ diajak pengelola Desa Wisata Hanjeli meninjau lokasi Saung Lisung.
Ikut merasakan menanam Hanjeli dengan gejik, dan memanen menggunakan Ani-Ani (pengetam padi). Kemudian menumbuk Hanjeli di atas Lisung, serta menampi Hanjeli di atas tampah.
Rombongan kemudian diajak melihat proses pembuatan olahan Hanjeli, diantaranya dijadikan makanan Rengginang Hanjeli, dan Dodol Hanjeli.
Meninjau ‘Rumah Baca Sauyunan’ melihat hasil karya anak-anak membuat ornamen kaligrafi, dan melukis Caping (topi kebun). Lalu mendatangi ‘Rumah Kreatif Hanjeli’ yang memproduksi berbagai kerajinan dari bambu berupa gelas dan anyaman bambu, serta suling.
“Melihat kreatifnya anak-anak dan warga Desa Wisata Hanjeli kami menaruh harapan, bahwa potensi mereka dapat menjadi penyeimbang derasnya arus budaya urban,” ujar Tiwi Wartawani, SE, Ketua Panitia Penyelenggara OVOS : One Village One Story.
Turut serta dalam rombongan visitasi OVOS : One Village One Story’, Robby Buning Pangemanan, Oka Nur Asyiah Samsura, Yudi Saputra, Aminurrahman Fikri, serta presenter cilik Imalee Felicienne De Imalee Darmawan, yang menjadi ikon tayangan acara OVOS : One Village One Story’.
‘OVOS : One Village One Story’ diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia, dan Yayasan Duta Pariwisata dan Kebudayaan Indonesia (YDPDKI).
Bertindak sebagai Ketua Dewan Juri Eddie Karsito (wartawan, seniman, dan budayawan), Anggota Dewan Juri Wiyono Undung Wasito, S.S. (Seniman Pedalangan), serta penggiat dan pemerhati seni budaya lainnya.
OVOS ingin mengembangkan pemajuan kebudayaan di tingkat desa dengan cara mengangkat cerita keunikan dan eksotisme desa dalam bentuk karya seni budaya.
Kegiatan tersebut meliputi sepuluh obyek pemajuan kebudayaan, yakni : (1) Tradisi Lisan; (2) Manuskrip; (3) Adat istiadat; (4) Ritus; (5) Pengetahuan Tradisional; (6) Teknologi Tradisional; (7) Seni; (8) Bahasa; (9) Permainan rakyat; dan (10) Olahraga tradisional.
Selain itu, OVOS juga dikembangkan untuk mendekati masalah-masalah sosial, pariwisata dan pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di pedesaan.(Edkar/SH)