Selasa, November 26
Shadow

ATMO TAN SIDIK, SOSIALISASIKAN ANTI NARKOBA LEWAT KAIN BATIK.

Atmo Tan Sidik (Kiri) dan Sastrawan Banyumas H. Ahmad Tohari (kanan), memajang kain Batik bertuliskan anti narkob dengan 9 bahasa. (Ist).

Selarasindo.com–Nama Atmo Tan Sidik bagi penggemar seni sastra dan Budaya di tanah air sudah tidak asing lagi. Ia adalah tokoh Seniman budayawan Brebes yang terus berkarya tak kenal lelah.

Selain sebagai sastrawan dan budayawan, Atmo Tan Sidik juga menjabat sebagai Ketua Badan Narkotika Kabupatan (BMK) kabupaten Brebes Jawa Tengah. Belum lama ini ia mengangkat karyanya yang diungkap melalui media seni batik. Untuk memasyarakatkan dan mensosialisasikan Tugas Pokok dan Fungsinya (Tupoksi) sebagai Ketua BNK, ia menorehkan tulisan Anti Narkoba dalam baju batiknya dengan sembilan bahasa. Baju tersebut akan dibagikan kepada tokoh dan instansi yang terkait dengan BNK.

Atmo Tan Sidik bagikan Kain Batik bertuliskan Anti Narkoba. (Ist)

Kesembilan bahasa antara lain: Bahasa Indonesia, Jawa, Sunda, Jepang, Inggris, Rusia, Arab, India dan China. Dikatakan bahwa ide ini diambil karena Narkoba sudah menjadi masalah internasional.

Sebagai contoh, dalam baju anti Narkoba dalam bahasa Rusia ditulis “Skazat Nyet Narkotikov”. Dalam bahasa Jepang ditulis ” Yoku Batsu ni ii to ii ma su “. Bahasa Mandarin ditulis ” Dui pin Shuo Bo”. Selain itu, Atmo Tan Sidik juga tengah mempertimbangkan nama negara yang selama ini dikenal sebagai pemasok Narkotika terbesar dan negara yang sukses memberanras narkotika.

” Itung- itung sebagai reward dan fanismen kepada mereka, “ujarnya.

Sebagai seniman dan budayawan kondang, tahun 2015 ia mendapat penghargaan Maestro Seni Tradisi dari Kemendikbud. Belum lama ini ia juga baru bercanda dengan Ketua BNN Komjen Budi Waseso. Dalam pertemuan di Semarang yang dihadiri Ketua BNN Komjen Budi Waseso, Gubernur Jateng Ganjar Pranowo, Kepala BNK, Bupati dan wali kota se Jateng.

Dikatakan, kalau Budi Waseso dikenal dengan istilahnya yakni bagi pengguna dan pengedar narkoba dengan sebutan ‘Buaya’, maka Atmo Tan Sidik melawannya dengan cara spesifiknya yakni dengan ‘Budaya’.

“Buaya diberantas dengan Budaya, sehingga nanti akan muncul istilah Buaya lawan Budaya” ujar Atmo Tan Sidik dengan canda ria yang disambut dengan tepuk riuh dan gelak tawa. (Saring Hartoyo).

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.