Selarasin.com–Kaum ma’rifatullah tidak memandang orang dari segi agamanya. Melainkan ia mencintai setiap insan sama seperti mencintai Tuhannya. Ketaatan pada zat yang benar, menebar manfaat ke seluruh makhluk bumi, dan mengamalkan kasih persaudaraan yang tulus.
Hal ini antara lain dikemukakan seniman dan budayawan Eddie Karsito, dijumpai saat menghadiri acara ‘Saling Tulungan – Riksa Budaya Jawa Barat’ di Kampung Kranggan, Kelurahan Jatirangga, Jatisampurna, Kota Bekasi, Jawa Barat, Selasa (25/10/2022).
“Saya merasakan ‘Saling Tulungan’ memiliki makna kultural berupa wujud rasa syukur, ibadah, sedekah, penolak bala, dan keselamatan. Ketaatan pada zat yang benar, serta menebar manfaat,” ujar pendiri Rumah Budaya Satu-Satu (RBSS) ini.
Acara berlangsung meriah. Selain dipadati warga setempat dan di sekitarnya, tampak hadir tuan rumah Olot Kisan, Anim Imamuddin, yang kini menjabat Wakil Ketua I DPRD Kota Bekasi, Mang Jami Bin Samu Eket, dan sesepuh lainnya.
Ketiganya antara lain merupakan tokoh budaya setempat, pewaris leluhur Sultan Aulia Ipin (SAIPIN). Tokoh berpengaruh yang awal mula merintis dan mengembangkan Kampung Kranggan, diperkirakan sejak tahun 1600 M lalu.
Hadir di acara ini Gubernur Jawa Barat H. Mochamad Ridwan Kamil, Wali Kota Bekasi Pelaksana Tugas (Plt) Dr. Tri Adhianto, unsur Muspida, beberapa pejabat terkait, tokoh masyarakat, seniman dan budayawan.
Dalam sambutannya Gubernur Jawa Barat H. Mochamad Ridwan Kamil menyampaikan, tiga jurus sakti yang mampu membangkitkan bangsa Indonesia menjadi bangsa besar sebagaimana diungkapkan Bung Karno.
“Berdaulat dalam berpolitik. Ekonomi berdikari tanpa bergantung pada bangsa lain. Nyawah sendiri, pangan sendiri, dari tanah sendiri, dan tidak banyak impor. Kemudian yang ketiga, Bung Karno berpesan agar kita mempunyai budaya yang berkepribadian. Menjadi bangsa yang memiliki watak dan karakter,” ujar Ridwan Kamil.
Kampung Kranggan, menurut Ridwan Kamil, sudah menunjukkan kebudayaan khasnya sendiri. Bukan mirip yang lain. Makanya menjadi istimewa.
“Warisan leluhur berupa nilai-nilai positif dan keluhuran budaya yang terus berkembang di masyarakat hingga kini sebagai warisan nenek moyang,” ujarnya.
Sesuai Keputusan Walikota Bekasi, nomor 431/Kep.255-Porbupar/VI/2011, Rumah Adat Kranggan dan Kampung Kranggan telah diakui Pemerintah sebagai cagar budaya. Pemerintah Provinsi Jawa Barat merencanakan akan membangun museum di tempat ini.
Di kampung Kranggan setiap tahunnya memiliki agenda festival budaya. Antara lain ritual ‘Babaritan’ yang ditandai festival seni dan budaya mengusung kearifan lokal.
Ada juga acara ‘Muludan’ perayaan menyambut lahirnya Nabi Muhammad SAW. Setiap ‘Muludan’ digelar tradisi ‘Ngelancong’ atau ‘Sungkeman’ dengan Tetua adat, Abah Olot Kisan.
‘Ngelancong diantaranya ditandai dengan doa mohon keselamatan kepada Tuhan Yang Maha Esa, melalui syariat, keberkahan dan keselamatan, dari sesepuh; Tetua adat.
Selain itu ada prosesi penyucian dan pemandian “gaman” (senjata) secara ritual sebagai bentuk penghormatan warisan leluhur yang hingga saat ini tetap dilestarikan.
Eddie Karsito, berharap local wisdom (nila-nilai kearifan lokal) ini dapat menjadi acuan proses konseptualisasi dalam formasi pembangunan daerah Jatisampurna, Kota Bekasi. Mengingat kawasan ini dari sisi pembangunan secara fisik sangat berkembang pesat.
“Kegiatan tradisi ini menjadi penting sebagai fungsi memuliakan leluhur. Fungsi kebersamaan dan persaudaraan, fungsi kekeluargaan, fungsi sedekah, serta fungsi hiburan berbasis seni tradisi,” ujar Ketua Umum Yayasan Humaniora Rumah Kemanusiaan ini.
Acara ‘Saling Tulungan – Riksa Budaya Jawa Barat’ menampilkan berbagai acara kesenian, diantaranya grup musik Tanjidor, Karawitan Sunda, Wayang Golek, Gejok Lesung, serta berbagai tarian berbasis seni tradisi Sunda dan Betawi.(Edkar/sh).
Jakarta, 26 Oktober 2022