Selarasindo.com–Kabupaten Malang memiliki banyak ragam kesenian yang khas dan kaya. Salah satunya adalah ‘Wayang Topeng Malangan’ Padepokan Seni Topeng Asmoro Bangun, dari Dusun Kedungmonggo Desa Karangpandan, Pakisaji, Kabupaten Malang, Jawa Timur.
Grup legendaris ini akan mementaskan sebuah karya bertajuk, “Umbul-Umbul Mojopuro” di Gedung Teater Pewayangan Kautaman Jakarta Timur, Minggu 20 November 2022 pukul 15.30 WIB.
Kesenian wayang topeng ini adalah manifestasi dari keragaman sub-kultur Kabupaten Malang, yang kemudian semakin mempertegas ikon wilayahnya.
“Wayang Orang Malangan adalah seni pertunjukan multi dimensi. Cerita-ceritanya dapat dijadikan panutan, dan menjaga kearifan lokal,” ujar Suroso, sutradara pergelaran ini saat dihubungi penggiat seni dan budaya, Eddie Karsito melalui telpon seluler, di Jakarta, Rabu (16/11/2022).
Padepokan Seni Topeng Asmoro Bangun adalah salah satu grup wayang topeng yang ada di wilayah Malang (Kabupaten Malang) yang masih eksis hingga kini. Didirikan oleh garis keturunan almarhum Mbah Karimoen.
Selama bertahun-tahun sang maestro topeng Malangan Ki Karimoen telah mengembangkan, dan melestarikan kesenian tradisi ini hingga akhir hayatnya bersama anaknya almarhum Taslan. Sekarang diteruskan oleh keturunannya, antara lain cucu-cucunya; Suroso, Ribut Hariati, dan Tri Handoyo.
Geliat seni ini juga mengalir hingga ke buyut beliau, Dimas Bagus Atmananto, Dimas Bagas Atmanadi ,Bayu Pratama Putra,Winni Dhita dan para murid serta cantrik-cantriknya.
“Banyak aktivitas di padepokan Wayang Topeng Asmoro Bangun. Selain pengrajin topeng yang memproduksi topeng, juga adanya kegiatan latihan karawitan, pentas rutin (gebyak malem) dan kegiatan apresiasi seni lainnya,” papar Suroso.
Tidaklah mengherankan jika sampai saat ini di Padepokan Seni Topeng Asmoro Bangun terus meregenerasi, belajar (Ngangsu kawruh). Eksis, kreatif, inovatif, tekun dan semangat tinggi melestarikan kesenian topeng agar terus ditanamkan pada setiap generasi sejak dini.
Bertindak sebagai sutrdara pada pergelaran “Umbul-Umbul Mojopuro” ini, adalah Suroso sang pewaris Padepokan Seni Topeng Asmoro Bangun. Didukung Dimas Bagus Atmananto,SE (Penata Tari), serta Dimas Bagas Atmanadi,S.Sn (Penata Musik), dengan belasan pengrawit.
Tim kreatif lainnya, Annisa Nur Kartikasari,S.Pd (Penata Rias dan Busana), Kasnam Wibowo (Dalang), serta Ririn Budi Hartjni,S.Ag. dan Eny Ketang (Sinden).
Belasan penari terlibat dalam pementasan ini, antara lain Dimas Bagus A. (Asmoro Bangun dan Bapang), Hery Budiyanto (Jarodeh dan Patra Jaya), JokoSantoso (Prasonto dan Patih Sabrang), Slamet (Patih Kudanawarsa), Aldo dan Agung Wicaksono (Patih Sabrang), Feby Dewi (Sekartaji), Kamdani (Prabu Lembu Amiluhur), Riko Subagya (Klana Sewandana), dan penari lainnya.
Menurut Dalang Wayang Orang Bharata Jakarta, Wiyono Undung Wasito, saat dihubungi melalui telpon, setidaknya ada tiga penyangga budaya Panji yang masih eksis, dalam genre seni pertunjukan Wayang Topeng. Yaitu; Wayang Topeng Madura, Wayang Topeng Malangan dan Wayang Topeng Dalang Klaten.
“Saat ini yang dalam proses revitalisasi dan rekonstruksi adalah Wayang Topeng di Pati-Blora dan Wayang Topeng Mojokerto,” terang Wiyono Undung Wasito.
Wayang Topeng Malangan, kata Undung, masih terus berkibar, dengan usaha perlindungan dan pengembangan yang dilakukan oleh Pemda Malang. Selain dari sisi seni pertunjukan, topengnya sendiri dikembangkan secara kreatif dalam bentuk sebagai pajangan, maupun cinderamata.
“Perlu dukungan literasi dalam bentuk penerbitan dan media baru seperti vlog, film pendek, dan media baru lainnya untuk sosialisasi dan publikasi Wayang Topeng Malangan agar dikenal anak muda,” harap Sekretaris Umum Yayasan Humaniora Rumah Kemanusiaan ini.
Lakon “Umbul-Umbul Mojopuro” menceritakan Sang Panji Asmorobangun, putra pertama seorang Raja Jenggala yang berhak menggantikan sang ayah menjadi raja. Namun sang Panji harus melalui ujian atau sayembara terlebih dulu. Ujian ini bukan hanya untuk sang Panji saja akan tetapi berlaku juga bagi saudara Panji-panji yang lainnya.
Sayembara tersebut berupa “Ngedegno Umbul-Umbul Mojopura” artinya menegakkan kembali umbul-umbul/ panji-panji atau symbol kebanggaan kerajaan Jenggala.
Seberapa dalam ngangsu kaweruh dimasa muda untuk menyiapkan diri, juga rasa tanggungjawab seorang panji pada negaranya, dan sikap demokrasi yang diberikan dari orang tua sudah diajarkan dalam lakon Wayang Topeng ini.
“Ketekunan dan rasa tanggungjawab yang besar serta kedisiplinan menimba ilmu akan mengantar kita untuk siap menghadapi, membela bangsa dan Negara,” ujar Suroso menyoal lakon yang akan dibawakan dalam pementasannya.(Edkar/SH).