Selasa, November 26
Shadow

PERINGATAN SETAHUN KEPERGIAN BENS LEO.

Insan Wartawan Hiburan (FORWAN) dan sahabat alm. Bens Leo. (Ist)

Selarasindo.com–Kepergian Pengamat musik dan wartawan senior Bens Leo kehadapan Tuhan, dirasa terlalu cepat, sehingga dirasa ada kekosongan jurnalis yang mengkritisi industri musik Indonesia.

“Gep terlalu jauh, sehingga para pelaku industri musik kehilangan pegangan ketika membutuhkan partner diskusi yang kritis untuk kemajuan industri musik Indonesia kedepan,” ujar Sutrisno Buyil, Ketua Umum Forum Wartawan Hiburan (FORWAN) Indonesia ketika diminta komentar soal setahun kepergian Bens Leo ketika dimintai komentar oleh awak media.

Peringatan setahun meninggalnya Bens Leo dirayakan secara sederhana di M Blok. Ditandai dengan spanduk LED bertuliskan
“Setahun Bens Leo Pergi”, begitu tertulis di spanduk elektronik di M Bloc Space, Jalan Panglima Polim Raya, Melawai Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.

Spanduk elektronik itu memang sengaja dibuat dalam rangka memperingati setahun sudah pengamat musik sekaligus wartawan senior, Bens Leo wafat (29 November 2021).

”Ini sebagai bentuk penghormatan, karena jasa beliau dalam jurnalisme musik Indonesia dari era 1970 hingga 2000-an,” kata Wendy Putranto Co-Founder at M Bloc Group di tengah acara mengenang Setahun Bens Pergi di MBloc Space, 30 Noveber 2022.

Sekitar 50 tamu undangan hadir dalam acara tersebut. Antara lain, Triawan Munaf, Ferry Mursyidan Baldan, Candra Darusman, Kadri Mohamad, Harry Koko Santoso dan sejumlah wartawan musik.

Candra Darusman mengakui, perjalanan awal kelompok musik Chaseiro yang dipimpinnnya ikut dibentuk oleh Bens Leo.

”Saya dan Chaseiro memulai karier bermusik secara profesional darI Festival Musik, di mana Mas Bens menjadi juri. Sejak itu, ia rajin meliput dan menulis aktivitas kami,” kata Candra Ketua FESMI sekaligus Ketua Umum YAMI.

Sementara itu Triawan Munaf (Ketua Badan Ekonomi Kreatif 2005-2009) , juga mengakui hal yang sama, ketika mengingat perjalanan kariernya sebagai anak band dalam kelompok Giant Step di tahun 1970-an.

“Kalau sudah bisa ditulis Mas Bens dan masuk di majalah Aktuil rasanya senang luar biasa! Soalnya Aktuil adalah media cetak musik yang paling top masa itu.”

Dalam perjalanan kemudian, Bens Leo tetap menjadi teman di mata Triawan.

“Satu yang paling saya ingat dari Mas Bens adalah pribadinya yang toleran. Meski menganut Katolik yang taat, namun di saat Ramadan, ia selalu mengirim salam berbuka puasa dan sahur! Itu luar biasa, 30 hari penuh tanpa bolong!”

isteri mendiang Bens Leo , dr. Pauline Endang Praptini, MS, Sp.GK, yang hadir bersama putera tunggal Addo Gustaf mengaku terharu dengan penyelenggaran acara yang diinisiasi oleh sekumpulan sahabat Bens Leo.

“Di bulan Agustus, kelompok ini telah menerbitkan buku tentang Mas Bens berjudul Tatkala Musik Indonesia Dicatat. Sebuah buku bagus yang beberapa isinya, bahkan tidak saya ketahui sebelumnya. Sebuah penghormatan untuk Mas Bens, sekaligus penghiburan untuk kami yang ditinggalkan,” ucap Pauline dengan penuh haru.

Buku Tatkala Musik Indonesia Dicatat ditulis oleh Dion Momongan dan Nini Sunny. Buku setebal 242 halaman ini, berisi testimoni 123 narasumber dan memuat 276 foto, dan 46 foto di antaranya adalah foto selfi yang diambil sendiri oleh Bens Leo.
“Buku ini mengungkap fakta tentang peran dan aktivitas Bens Leo sepanjang ia berkarir sebagai jurnalis, juri, sekaligus master of ceremony di berbagai event,” kata Dion Momongan.

Pada akhirnya fakta yang ditampilkan para narasumber memperlihatkan kepingan-kepingan cerita, yang ketika disatukan seperti kepingan puzzel.

“Dan kepingan itu bukan hanya memperlihatkan sejarah perjalanan karier Bens Leo pribadi, namun juga termuat tentang sejarah musik Indonesia,” ungkap Nini Sunny, sambil menyebut buku tersebut dicetak secara terbatas dengan dana dari Kemendikbudristek. (Rel/byl/SH)

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.