Rabu, November 27
Shadow

TASYAKURAN DESA KASEGERAN, LESTARIKAN BUDAYA LOKAL GELAR PENTAS WAYANG KULIT.

Saifuddin SH, Kepala Desa Kasegeran Cilongok Banyumas. (Sh)

Selarasindo.com– Saifuddin SH (60), adalah Kepala Desa (Kades) Kasegeran kecamatan Cilongok kabupaten Banyumas Jawa Tengah. Ia menjabat sebagai kepala desa Kaderesan sejak tahun 1999 lalu atau sudah 23 tahun.

Jabatan yang cukup lama. Hal ini lantaran saat itu sesuai dengan peraturan Pemerintah yakni Kepala Desa hanya bisa menjabat dua kali dengan masa jabatan selama 8 tahun. Kemudian perubahan aturan atau undang undang pemerintah tentang masa jabatan Kepala Desa jadi bisa 3 kali namun masa jabatannya 6 tahun.

Sebagai kepala desa Saifudin SH ternyata jadi idola masyarakat Desa Kasegeran. Buktinya, sebanyak 3 kali ia mengikuti kompetisi  dalam pemilihan calon Kades Kasegeran ternyata selalu memperoleh suara terbanyak.

Penonton wayang kulit dalang milenial Herjuno Prama Fadlansyah di bale Desa Kasegeran Sabtu malam 10 Nopember 2022,  dari anak anak, remaja hingga lansia amat antusias bahkan hingga tancep kayon. (sh)

Mayoritas petani. 

Di sela acara, dalam bincangannya dengan selarasindo.com saat menggelar pentas wayang kulit Tasyakuran dibangunnya kantor Desa, Sabtu 10/12/22 ia menuturkan, saat ini Desa Kasegeran penduduknya sekitar 4700 orang yang ayoritas profesinya sebagai petani. Seperti palawija, penderes dan lainnya. Sedangkan petani sawah di Desa Kasegeran masuk katagori minoritas.

” Hal ini lantaran Kasegeran berada di daerah lereng pegunungan, dan sebagai salah satu desa yang pendapatan desanya yang paling minus, ” ujar Saefudin lagi.

Sebagai Kepala Desa untuk menunjang perekonomian, pembangunan yang diprioritaskan adalah infrastruktur seperti jalan jembatan dan lainnya. Kedua terus berupaya agar desa bisa meningkatkan sumber pendapatan desanya.  Langkah yang ditempuh, desa memberikan modal kepada Bumdes atau Badan Usaha Milik Desa untuk melaksanakan beberapa usaha. Salah satunya adalah membangun kawasan ternak kambing. Saat ini Bumdes Kasegeran mengelola 47 ekor kambing untuk dikembangbiakan atau diperanakan.

Kandang peternakan milik Bumdes Kasegeran yang  saat ini menampung 47 ekor kambing. (Sh) .

Peternakan kambing milik Bumdes ini dikelola bersama warga dengan sistem gaduh atau bagi hasil. 70 persen untuk pengelola, sedangkan 30 persennya untuk Bumdes.

Desa Anti Politik Uang.
Selain pembangunan infrastruktur dan perekonomian, desa Kasegeran juga memiliki karakter yang berbeda dengan desa lainya yakni memiliki moto atau slogan: Desa Anti Politik Uang. Saat ini di kabupaten Banyumas, desa Kaderesan mendapat predikat sebagai pelopor Desa Anti Politik Uang.

Ia sendiri merasakan hal itu. Selama mengikuti pemilihan DPR dan tiga kali mengikuti pemilihan Kades, masyarakat Desa Kasegeran ini sangat antusias mendukungnya tanpa mengharapkan imbalan apa pun.

” Ini yang harus kita pupuk, agar sistem demokrasi di Indonesia ini belajar dari Desa, ” ujar Saifuddin lagi.

Selain itu Desa Kaderesan juga amat memperhatikan kepada warga yang mengalami leterbatasan fisik atau disabilitas. Mereka diberikan ketrampilan dengan melalui pelatihan  baik yang ada di desa, di wilayah kabupaten Banyumas bahkan hingga propinsi.

Terima kasih pada Unindra yang melestarikan seni budaya lokal. 

Tentang penyelenggaraan acara tasyakuran pembangunan gedung kantor Desa Kaderesan yang dihibur pementasan wayang kulit siang dan malam  atas dukungan dan kerjasamanya dengan Unindra PGRI Jakarta dan TVRI, ini upaya dalam rangka melestarikan budaya lokal kita.

“Jangan sampai budaya lokal kita diakui oleh asing. Atau sebaliknya generasi muda kita lebih cinta kepada budaya asing dibandingkan dengan budaya kita sendiri.” ujarnya.

Maka dalam kesempatan ini lanjutnya, kami mengucapkan banyak Terima kasih kepada Unindra PGRI Jakarta yang patut dicontoh oleh perguruan tinggi lain baik yang swasta maupun negeri.

” Dengan pentas wayang kulit siang hari oleh ki Dalang milenial Ganesworo Rafi Ramadhan, maka saya kerahkan siswa siswi mulai dari TK, PAUD maupun SD, Madrasah, SMP untuk nonton wayang kulit.” ujarnya lagi.

Hal ini lanjutnya, agar mereka cinta budaya, memahami, mengerti terkait dengan gamelan dan wayang  yang saat itu oleh para wali sebagai media dakwah Islam.

“Maka pelestarian dan penanaman nilai nilai luhur yang dilakukan oleh para leluhur harus dikembangkan agar tidak terjadi hal hal yang fragmatis bagi  generasi muda, ” ujar Saifuddin lagi.

Sangat terkesan. 

Diakhir bincangannya, ia mengaku sangat terkesan dan mendukung kepada Prama – Rafi ini. Apalagi dalang remaja yang belajar secara otodidak. Mereka lahir dan besar di Jakarta. Namun belajar sungguh sungguh walau hanya melalui youtube, akhirnya bisa jadi dalang populer.

Seperti diketahui bahwa Prama- Rafi adalah cucu Prof H. Sumaryoto Rektor Unindra PGRI Jakarta. Dalang milenial ini telah berhasil mengangkat nama Indonesia di mata dunia. Dari kerja sama antara Unindra dengan TVRI, Prama- Rafi pentas di berbagai kota besar di tanah air.

Bahkan sebagai duta budaya internasional, Prama- Rafi  go internasional pentas di 5 negara yakni : Moskow, India, Korea Selatan dan akhir Nopember 2022 di Malaysia.

Di akhir bincangannya Saefudin SH berharap kepada Unindra PGRI Jakarta untuk terus menggalakkan Tri Drama Perguruan Tinggi yakni pengabdian kepada Masyarakat seperti yang dilakukannya kepada desa Kasegeran  ini. (Saring Hartoyo).

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.