Selarasindo.com–Penggemar wayang kulit desa Kaderesan kecamatan Cilongok kabupaten Banyumas mendapat obat kerinduang. Akibat Covid 19 sekitar 3 tahun belakangan ini jarang ada pertunjukan wayang kulit.
Rasa rindu tersebut terobati dengan tampilnya dalang milenial dari Jakarta takni Ganesworo Rafi Ramadhan (15) dan Herjuno Prama Fadlansyah (17). Keduanya adalah cucu Prof.H.Sumaryoto, Rektor Unindra PGRI Jakarta yang sudah puluhan tahun gencar lestarikan seni budaya tradisional khususnya wayang kulit.
Pada Sabtu 10 Desember 2022 Desa Kasegeran kecamatan Cilongok Kabupaten Banyumas Jawa Tengah bekerjasama Unindra PGRI Jakarta dan disiarkan secara langsung oleh TVRI Jateng dan TVRI Jakarta serta bisa dibuka di Yotube Unindra ini dalam Program Pengabdian Kepada Masyarakat (PPKM) dengan menggelar pentas wayang kulit siang dan malam oleh 2 dalang kondang Prama dan Rafi.
Bagi desa Kasegeran pentas wayang kulit ini sekaligus dalam acara tasyakuran atas dibangunnya gedung Bale Desa Kasegeran sebagai tempat pelayanan masyarakat.
Pentas wayang ini merupakan bagian dari upaya pelestarian budaya lokal agar tidak punah ditelan jaman.
Oleh karena itu, Kepala Desa Kasegeran Saifudin SH tidak melewatkan kesempatan sangat berharga ini dengan menungdang anak anak sebagai generasi penerus untuk nonton wayang yang digelar pada siang hari oleh Ki Dalang Milenial Ganesworo Rafi Ramadhan yang masih duduk di bangku kelas 3 SMP.
Dengan melihat dan mendengarkan pentas wayang kulit diharapkan menjadi memori bagi anak anak yang masih duduk di bangku PAUD, TK, SD dan SMP yang ada di desa Kaderasan dan sekitarnya.
Siang itu Ganesworo Rafi Ramadhan diiring ppli pesinden, pelawak dan pengrawit Sanggar Unindra Jakarta memantaskan lakon Aswani Kumba, Kumba Aswani yakni lakon babad Ramayana.
Pagelaran diawali dengan pentas seni oleh siswa TK, PAUD, SD dan SMP menampilkan seni beladiri, seni kentongan dan seni tari tradisional lainnya sehingga suasana tampak meriah. Bahkan disaat gamelan mengalun, banyak anak anak sekolah yang secara spontan bergerak menari.
Ini menunjukkan betapa pentingnya pentas seni tradisional dihadapan anak anak calon generasi penerus bangsa sekaligus pelestari budaya agar tidak punah ditelan jaman.
Malam harinya, usai upacara pembukaan dan sambutan sambutan, Dalang Milenial Herjuno Prama Fadlansyah naik panggung mentaskan lakon Brubuh Alengko.
Sejak siang, sore hingga malam masyarakat desa Kasegeran dan sekitarnya terutama penggemar wayang memadati aula bale desa tempat dimana wayang digelar.
Bale desa dan sekitarnya hari itu juga dipadati dengan ratusan pedagang yang siap melayani kebutuhan penonton baik mainan anak anak, jajanan maupun berbagai makanan lainnya.
Penonton dibuat histeris manakala Ki Herjuno Prama Reza Fadlansyah atau yang biasa disapa Mas Prama ini menampilkan kepiawaiannya dalam memainkan wayang kulit. Berbagai aneka jenis peperangan seperti sebentar jeblosan, dagangan hingga koprol atau salto ia tampilkan.
Tepuk riuh gemuruh mewarnai sasana panggung. Decak kagum penonton, karena selain indah dan trampil juga kepiawaiannya diluar kewajaran. Sebab dengan dua tangan dalam adegan perang, Prama bisa memainkan 4 wayang dengan karakter berbeda bisa ditampilkan sekaligus dalam satu pakeliran. Ini sesuatu yang di luar nalar. Tak heran penonton dibuat tepuk gemuruh.
Melestarikan dan menghidupkan seni tradisional.
Di saat limbukan, Ki Kabul Budiyono Seniman budayawan yang juga anggota Dewan Pengawas TVRI yang malam itu hadir diminta untuk naik panggung untuk memberikan suport.
Dalam kesempatan tersebut Ki Kabul Budiono berharap bahwa seni tradisional ini untuk terus dilestarikan dan dibudayakan atau dihidupkan.
” Kita harus ngurip urip ( menghidupkan) seni budaya. Karena menghidupkan seni juga bagian dari menghidupi insan seni seperti Agnes, Mas Kafi dan termasuk saya, ” ujar Kabul Budiono seraya gelak tawa canda ria. (Saring Hartoyo).