Selarasindo.com–Mashudi Alamsyah MPd, Dosen Biologi Unindra PGRI Jakarta yang juga Tim Geopark Karangsambung Karangbolong bersama Rektor Unindra Jakarta Prof. H. Sumaryoto dan jajarannya, Sabtu 24/12/22 berkunjung ke desa Banyumudal, Kecamatan Buayan Kabupaten Kebumen Jawa Tengah.
Kunjungannya dalam rangka peresmian Wahana Biogas Terpadu di desa tersebut. Sebelum penandatangan prasasti oleh R.Suprapto S. Pd Kades Banyumudal dan Rektor Unindra Prof. H. Sumaryoto di Pendopo Banyumudal, Mashudi Alamsyah MPd memaparkan tentang apa itu Kawasan Biogas Terpadu yang dibangun di atas lahan seluas 1680 m2 tersebut.
Dalam paparannya Mashudi menyampaikan bahwa limbah hewan maupun tanaman bisa diolah menjadi biogas yang amat bermanfaat bagi masyarakat. Diantaranya untuk berbagai kebutuhan rumah tangga. Seperti bahan bakar kompor, lampu dan peralatan lain. Biogas bisa dijadikan pengganti gas LPJ maupun setrum listrik.
Dalam kesempatan tersebut Mashudi memaparkan tentang pembangunan Wahana Biogas Terpadu ini merupakan salah satu upaya pemberdayaan limbah peternakan dan pertanian yang hasilnya amat bermanfaat masyarakat luas.
Mashudi memaparkan foto-foto atau gambar yang sudah dikerjakan untuk membantu masyarakat Banyumudal khususnya dan kabupaten Kebumen umumnya terkait perkembangan dan pemberdayaan masyarakat. Selain itu sebagai bagian dari persyaratan Geopark Karangsambung-Karangbolong yang tadinya berskala nasional agar menjadi berskala UNESCO atau internasional.
Kulit singkong dan kelapa Genjah.
Pembangunan Wahana Biogas Terpadu desa Banyumudal ini merupakan salah satu pilot project UNINDRA PGRI Jakarta yang diusung langsung oleh Prof. DR. H. Sumaryoto, yang terus berupaya ikut membantu masyarakat khususnya warga Kabupaten Kebumen.
Unindra juga telah menyusun berbagai rencana induk pengembangan kawasan atau masterplaint yang juga sebagai salah satu syarat untuk menuju Geopark UNESCO.
Tim Geopark Karangsambung Karangbolong terus berupaya agar yang semula berstatus nasional ke depan meningkat menjadi kawasan Geopark Internasional atau Geopark UNESCO.
“Kami juga sudah menemukan formula atau ramuan pupuk cair dari limbah kulit singkong di desa Lemahduwur. Di desa ini masyarakatnya banyak yang berwirausaha pembuat makanan cemilan yang bahan bakunya dari singkong. Salah satunya lanting.” ujar Mashudi lagi.
Biasanya setelah membuat lanting, kulit singkongnya dibuang karena dianggap tidak berguna. Atas kedatangan tim Unindra, kulit singkong yang tadinya tidak berguna akhirnya bermanfaat.
“Selanjutnya kami juga melakukan penelitian, pendampingan dan sosialisasi terkait tentang potensi Kelapa Genjah Enthog Kebumen.
Dari berbagai penelitian Tim biologi Unindra juga menemukan cara mengembangbiakan sapi peranakan.
“Berikutnya kami dari Unindra juga melakukan pelatihan kriya bekerjasama dengan Disperindag untuk pendampingan UKM Lanting dan olahan tradisional lainnya. Salah satunya tentang pembuatan Eyek-Eyek. Semua itu untuk mendukung pemerintah kabupaten Kebumen agar ke depan lebih maju lagi.” Ujar Mashudi lagi.
Sosialisasi dan pelatihan kotoran ternak secara fokus juga tengah dibahas mahasiswa Unindra PGRI Jakarta. Unindra juga bekerjasama dengan kabupaten Kebumen yakni membangun Taman Geopark di desa Jladri kecamatan Buayan. Ini juga bagian dari upaya ikut membantu mensejahterakan masyarakat.
Pengabdian kepada masyarakat yang dilakukan Unindra PGRI Jakarta untuk Kabupaten Kebumen antara lain pembangunan Kampung Bathik, Pembangunan Tugu Selamat Datang desa Banyumudal dan Kawasan Biogas Terpadu.
Apa itu biogas?
Sebelum acara peresmian, Mashudi Alamsyah memaparkan tentang potensj biogas. Apakah biogas sama dengan gas LPJ? Tentu berbeda. Biogas hasil budidaya limbah ini memiliki tingkat kerawanan atau daya ledaknya sangat minim.
“Sebagai contoh di Ciomas Jawa Barat kini banyak warganya menggunakan biogas dari kotoran ternak, bahkan dari kotoran manusia. Jadi disana banyak toilet atau WC nya berada di dekat pengolahan biogas. Pada saat mengeluarkan kotoran, biogasnya bisa langsung masuk ke kompor dan untuk keperluan lainnya.
Biogas adalah sebuah energi terbarukan yang diperoleh dari pengolahan limbah baik kotoran ternak, manusia maupun sampah organik. Bukan sampah plastik. Ada dua limbah yang telah berhasil dikembangkan sebagai biogas yakni biogas yang bahan bakunya dari sampah organik dan kedua adalah dari limbah kotoran sapi yang akan jadi pilot project bagi desa Banyumudal.
Edu Wisata.
Kemudian apa yang akan kita lakukan oleh pengelola Wahana Biogas Terpadu desa Banyumudal ke depannya?
“Kami sudah punya 3 fasilitas. Pertama kandang beserta Sapi, 2, Disester Biogas, dan 3 Bio Urine. Untuk ke depannya ada 12 langkah lagi yakni lahan tersebut dikembangkan sebagai edu wisata berupa Bio Terpadu yang didalamnya bukan hanya pengolah biogas saja, tapi juga akan dibangun kolam ikan. Sedangkan untuk pakan ikannya bisa diambil dari kotoran.
Selain itu limbah biogas ini akan dikembangkan sebagai bahan pupuk, yakni pupuk padat dan pupuk cair.
“Kalau bicara biogas, sama seperti pohon kelapa. Dati ujung daun hingga ujung akar semua berguna, ujar nya lagi. Begitu pula biogas juga semua berguna. Kotoran dan air seni dari sapi juga berguna. Bahkan air kotoran saat kita membersihkan kandang pun berguna. Apalagi dagingnya juga sangat berguna. Semua itu akan ditempatkan di satu wilayah yang dinamakan eduwisata.” ungkap Mashiludi lagi.
Di tempat edu wisata tersebut, guru bisa mengajak muridnya berkunjung untuk belajar dan bermain. Dan eduwisata ini ke depannya akan menjadi satu-satunya satunya di Indonesia. Sebab ditempat ini nantinya juga ada tempat hidroponik, ternak ayam, domba, kambing, bio urine, grand house dan lainnya. (Saring Hartoyo).