Oleh : Syamsul”Masdjo” Arifin ( Founder Bela Negara Nusantara )
Selarasindo.com– Sesungguhnya setiap individu memiliki persepsi yang berbeda terhadap tempat yang dikeramatkan. Hal ini sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masing-masing. Demikian pula terhadap makam keramat leluhur Ciganjur yang kerap dikunjungi oleh banyak peziarah. Salah satunya makam keramat Mbah Lontar di wilayah Cipedak Jagakarsa.
Hati ini berhenti di suatu makam wali Allah di Jagakarsa, memang tidak ada yang kebetulan. Saat kaki saya terhenti disebuah saung makam Kramat dan diskusi dengan sang juru kunci Haji Rokib yang kerap disapa Wan Rokib.
Awal sebagai seorang yang awam pertama yang jadi pertanyaan saya adalah sosok Mbah Lontar asal usul sejarahnya di tanah Ciganjur.
Tabir sejarah serta sanad sang wali pun diceritakan Wan Rokib malam itu. Syekh Raden Muhammad (Mbah Lontar) berasal dari Mataram, Kampung Bintoro. Beliau keturunan dari Raja Brawijaya V (Kelima) adalah seorang utusan Wali dari Cirebon yang mendapat mandapat amanah dari Syekh Syarif Hidayatuloh (Sunan Gunung Jati) namun beliau syiar di Betawi (Jakarta).Sebagai seorang Wali, Mbah Lontar memiliki keahlian sebagai Ahli Tata Kota,AhlinTasyawuf dan Alhi Quran.
Masih ditemani gerimis malam itu saya dipertemukan oleh ustad M Amin yang memperdalam cerita dan literasi spiritual Mbah Lontar dengan lengkap. Ketertarikan terhadap budaya leluhur saya menganggap satu pemahaman bahwa Karomah adalah anugerah dari Allah, yang secara bahasa berarti kehormatan atau kemuliaan. Selain itu, dikenal pula karomah adalah kejadian luar biasa di luar logika dan kemampuan manusia biasa, terjadi pada diri seseorang yang berpangkat Wali.
Diluar wilayah Jagakarsa Tokoh muda NU Gus Syaifuddin pun mendukung dalam menjaga serta melestarikan warisan budaya sebagai akar suatu peradaban.
Sudah waktunya situs mba lontar harus dijaga dan di lestarikan supaya ada warisan yang berguna bagi generasi penerus. Dan juga para kaum muda harus tau arti nilai pentingnya suatu sejarah masa lalu itu yang harus tertanam dalam diri.Wan Rokib tidak boleh sendiri kita harus turut serta melestarikan warisan budaya ini sesuai bidang dan kemampuan kita.
Pesan terakhir Wan Rokib.
“ Kita butuh orang tulus bukan sekedar pintar saja dalam memahami budaya”. ujarnya.(MSDJO/SH)..