Selasa, November 26
Shadow

Hadi Supeno MSi Berharap Karang Penginyongan Jadi Miniaturnya Barlingmascakeb.

Selarasindo.com—Wakil Bupati Banjarnegara Jawa Tengah Hadi Supeno Msi, Minggu 26 Juni 2016 berkunjung ke desa Karang Tengah kecamatan Cilongok kabupaten Banjarnegara. Kedatangannya dalam rangka meninjau pembangunan obyek wisata alam dan budaya di desa tersebut. Ia didampingi sang istri  yakni Hj. Sakiatun dan tokoh Banyumas seperti budayawan Ahmad Tohari,  pelukis Hadi Wijaya, seniman Titut Edi Purwanto dan masih banyak lagi.

082641_telurkuning460tsHadi Supeno sempat menelusuri area seluar 4 hektar lebih yang dalam proses pembangunan. Selain melihat keindahan alam lereng gunung Slamet sebelah barat ini,  ia juga menikmati aneka tanaman yang ada disana.

“Wah ini luar biasa. Selain udara sejuk juga pemandangan sangat indah dengan beraneka tanaman. Dari sini bisa melihat kota Purwokerto, Ajibarang dan Cilacap,” ujar pria yang juga mantan wartawan Wawasan dan  Majalah Jakarta-Jakarta ini dengan decak kagum.

Dari ketinggian 700 meter lebih dari permukaan laut,  ia melihat peta rencana pembangun obyek wisata Karang Penginyogan milik Koewawintoro owner Grafika Group Gombong. Karang Penginyongan memang sejak awal dirancang sebagai obyek wisata Alam dan Budaya yang mengangkat potensi dan karakteristik budaya dan bahasa dialek Banyumasan yang meliputi lima kabupaten yakni Banyumas, Cilacap, Purbalingga, Banjarnegara dan Kebumen.

“Saya sangat berterima kasih kepada Pak Liem  (Koeswintoro)  yang memiliki cita-cita luhur yakni membangun obyek wisata yang menampilkan alam dan budaya khas Banyumasan. Tidak semua orang punya keinginan mulia seperti ini,” ujarnya lagi.

Hadi Supeno (Tengah) didampingi istri (kiri) dan dipandu oleh Titut Edi Purwanto (kanan)
Hadi Supeno (Tengah) didampingi istri (kiri) dan dipandu oleh Titut Edi Purwanto (kanan)

Kini tengah dibangun Pendopo yang bisa dipergunakan untuk berbagai acara seperti silaturahmi, rapat, seminar dan lain sebagainya. Bahkan Karang Penginyongan juga menjadi agenda untuk kegiatan besar yakni Kongres Bahasa Penginyongan pada 11-13 Oktober 2016.

 “Maka saya berharap, selain dibangun rumah – rumah singgah berupa gubuk berdinding bambu dan beratap kajang yang terbuat dari daun kelapa yang merupakan rumah khas Banyumas ini,  saya berharap juga nantinya dibangun rumah khas masing-masing kabupaten di Barlingmascakeb. Yakni rumah khas Banyumas, Cilacap, Purbalingga, Banjarnegara dan Kebumen,  karena lahannya masih luas,”ujar Hadi Supeno.

Nantinya di  rumah rumah tersebut disediakan hasil kerajinan, makanan maupun  karya seni budayanya.

Selain itu ia juga merasa kagum karena Karang Penginyongan yang dibangun di lahan sekitar 4,5 hektar ini juga ditumbuhi dengan aneka tanaman baik tanaman keras, buah-buahan, sayuran, aneka bunga hingga tanaman herbal. Untuk itu ia mengusulkan bahwa selain mengangkat alam dan budaya Banyumasan, juga melestarikan tumbuh-tumbuhan yang sudah mulai langka.

“Caranya, dengan mengurangi tanaman yang sudah banyak dan diganti dengan tamanan langka yang mulai sulit dicari di tengah masyarakat seperti pohon Matoa dan lain sebagainya,” ungkapnya lagi. Dengan kekayaan alam ini ia berharap anak-anak kita selain menikmati keindahan alam juga belajar aneka tumbuh-tumbuhan.

“Anak sekolah nantinya di sini belajar bukan hanya di atas kertas tapi langsung pada obyeknya,” ujarnya lagi.

 Budayakan pohon Nira.

Dalam kesempatan tersebut  ia berharap agar Karang Penginyongan juga dibudidayakan pohon Nira atau Aren. Menurutnya, pohon Aren menghasilkan getah sebagai bahan baku gula yang ramah terhadap diabetes. Berbeda dengan gula kelapa yang sumbernya dari bawah sedangkan getah Aren dari atas yakni dari sinar matahari.  C360_2016-06-15-12-28-19-609

“Mulai dari akar, batang hingga daunnya juga bermanfaat untuk berbagai kepeluan. Batangnya bisa diguanakan sebagai bahan bangunan gorong-gorong yang usianya bisa mencapai 50 tahun.  Sedangkan ijuk Aren adalah satu-satunya bahan yang bisa dijadikan pelindung kabel bawah laut.” ujarnya lagi.

“Yang lebih penting lagi untuk diketahui,  dimana ada pohon Aren disitu ada mata air. Selain itu pohon Aren juga ramah lingkungan. Pohon Aren bisa tumbuh berdampingan dan tidak mengganggu dengan tanaman lain di sekitarnya termasuk dengan hewan. Burung-burung bisa hidup disekitarnya. Hal ini berbeda dengan Kelapa Sawit, ” tambah pria kelahiran Banjarnegara 14 April 1959 ini.

Sebagai orang Banjarnegara ia juga mengusulkan agar Karang Penginyongan ini juga ditanami pohon Salak khususnya di perbatasan. Selain sebagai pagar hidup juga bisa menjadi bahan pengenalan dan kajian di kalangan akademis sekaligus sebagai daya tarik pengunjung.

”Nanti bibit salaknya saya kirim,” ujar pria familiar yang pernah duduk sebagai Ketua Komisi Perlindungan Anak (KPAI) ini. (Saring Hartoyo)

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.