Selarasindo.com–Setelah enam tahun menderita tumor di pelipis mata, Sarilah (62) penduduk desa Pucung Lor kecamatan Kroya kabupaten Cilacap Jawa Tengah akhirnya sembuh. Sebelumnya Watimin dan ke lima saudaranya telah bersusah payah untuk mencari pengobatan, namun belum juga sembuh. Setelah dianjurkan oleh dokter rumah sakit di Purwokerto agar Sarilah dibawa ke sebuah rumah sakit di Jogja dan menjalani operasi, akhirnya sembuh.
“Kami ini dari keluarga tidak mampu. Ayah meninggal tahun 2005 sehingga untuk membesarkan anak-anaknya, ibu saya harus bekerja keras sebagai buruh tani. Kondisi seperti itu membuat kami kesulitan untuk mengobati penyakit tumor ibu saya yang dari waktu ke waktu semakin membesar bahkan akhirnya menutup mata,” ujar Watimin ketika ditemui di rumahnya di grumbul Urang Ayu Rt 20 RW 6 Pucung Kidul kecamatan Kroya kabupaten Cilacap Jawa Tengah.
Dengan berbekal kartu Jamkesmas (BPJS) akhirnya Watimin dan keluarganya sepakat untuk memberanikan diri membawa orang tuanya ke rumah sakit di Jogja.
“Alhamdulillan setelah dioperasi akhirnya benjolan yang berada di pelupuk mata yang sudah menutup mata itu akhirnya hilang dan kering.” ujar Watimin anak ke 5 dari 6 bersaudara ini dalam bincangannya dengan selarasindo.com ketika ditemui di rumahnya Selasa 2/8.
Sebagai anak ia sangat berharap sang ibu segera sembuh. Besarnya harapan itu sampai Watimin menangis saat ibunya masuk ruang operasi. Dalam suasana penuh kegalauan, Watimin berharap kepada Tuhan agar sang ibu diberikan kesembuhan. Dan jika orang tuanya sembuh ia punya nazar.
“Jika ibu sembuh, saya akan jalan kaki dari Jogja ke Jakarta,” ujarnya.
Benar juga setelah sang ibu dinyatakan sembuh dan oleh dokter diperbolehkan pulang, Watimin pun terus melaksanakan nazarnya itu yakni berjalan dari Jogja menuju Jakarta. Hanya saja sesampainya di kantor Polsek Sampang kabupaten Cilacap Jawa Tengah, ia disarankan untuk membuah surat jalan dari desa tempat tinggalnya.
Atas saran petugas Polsek Sampang itu kemudian Watimin pulang ke rumah untuk mengurus surat menyurat. Dalam surat jalan tersebut tertulis bahwa Watimin melakukan jalan kaki dari Kroya-ke Jakarta.
“Sebenarnya saya jalan kaki sejak dari Jogja. Tapi karena surat itu dibuat di Kroya maka tertulis Kroya-Jakarta,” ujar Watimin menceritakan kronologisnya.
Dari surat jalan yang juga ditandatangani Polsek Kroya itu, Senin 25 Juli 2016 itulah ia mulai lagi mengawali perjalanannya ke ibu kota. Selain membawa surat jalan, Watimin juga membawa buku tulis yang digunakan untuk minta stempel dan tanda tangan setiap Polsek yang ia lalui. Mulai dari Kroya, Sampang, Maos, Jeruklegi, Kawunganten hingga Ciamis, Tasik, Bandung, Cibinong, Bogor, hingga Kramatjati semua tertera tanda tangan dan stempel Polsek. Selain sebagai buku pegangan selama perjalanan, bagi Watimin buku tersebut juga bisa dijadikan bukti bahwa ia benar-benar melakukan perjalanan kaki.
“Sebab, mungkin saja ada yang tidak percaya. Oleh karena itu buku yang berstempel puluhan Polsek ini sebagai bukti bahwa saya melewati puluhan Polsek yang ada stempelnya,” ujar Watimin lagi.
Selama kurang lebih satu minggu ia sampai di Jakarta. Hanya berbekal uang sebesar Rp 90 000,-Karena minimnya bekal inilah Watimin berusaha menghemat. Ia makan sehari sekali pun merasa sudah cukup.
“Dalam perjalanan jauh bagi saya yang penting adalah air minum,” ujarnya lagi.
Dalam setiap waktu sholat ia mampir di Masjid atau mushola. Selain menunaikan ibadah solat sekaligus sekedar istrirahat. Dan yang penting adalah untuk minum.
“Untuk menghemat uang saku, kadang saya minum air kran. Bagi saya sudah cukup untuk memberikan kekuatan dan semangat untuk melanjutkan perjalanan dan mewujudkan impian,” tuturnya lagi.
Untuk menuju ibu kota Watimin jalani siang malam. Ketika melapor di kantor Polsek oleh petugas ia sering disuruh untuk istirahat dulu karena waktu sudah malam. Namun ia menolaknya. Karena dalam benaknya ingin segera sampai di ibukota untuk mewujudkan obsesinya itu.
“Kalau saya tidak jalan siang malam tidak mungkin saya sampai di Jakarta dalam waktu satu minggu,” paparnya lagi.
Sempat tersesat.
Dalam perjalanannya itu Watimin juga tidak mulus amat. Selain terkendala hujan dan padat lalu lintas, di Ciamis Jawa Barat ia pun sempat tersesat. Ia juga sempat terkejut ketika mau masuk ke Polsek Ciamis disana sudah dihadang oleh puluhan wartawan yang pada minta foto dan wawancara. Termasuk juga dari masyarakat dan kalangan anak sekolah. Demikian pula ketika akan masuk ke kantor Polres Bandung. Ia sudah dikepung oleh puluhan wartawan dari media cetak maupun elektronik.
Selama menikmati perjalanan jauh Kroya-Jakarta lewat Bandung yang paling mengesankan menurutnya saat melintasi jalan antara Banjar sampai Nagreg dan antara Bandung dan Puncak Bogor. Selain jalan naik turun juga berkelok tajam , suasana berkabut, dingin yang luar biasa, gelap gulita sehingga amat membahayakan bagi pejalan kaki. Karena arus lalu lintas padat dan perjalanan cepat. Jika tidak hati-hati bisa keserempet kendaraan dan bisa masuk jurang.
Ketika melewati Kadipaten di daerah Banjar sekitar pulul 1-2 dini hari, dalam suasana sepi di tengah pegunungan dan hutan lebat dan gelap gulita, ia terkejut ada orang tinggi besar menghadang di depannya. Namun kemudian Watimin berdoa dan dalam sekejap orang tinggi besar ini menghilang
Sebenarnya untuk nazar ini yang dituju ia ingin mengitari Monas. Tapi ketika di Banjar ada yang menanyakan tujuannya ke mana?. Setelah dijawab ke Monas, kemudian wartawan tersebut menyarankan untuk menghubungi Pak Budiman Sudjatmiko anggota DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan Dapil 8 dari Banyumas –Cilacap.
“Tapi kalau menghubungi beliau kayaknya susah lho. Maka wartawan tersebut menyarankan untuk minta tolong pada Pak Sugeng relawan Budiman dari Cipari.,” ujar Watimin. Setelah sampai di Padalarang ia terkejut karena HP nya berbunyi dan dihubungi langsung oleh Budiman Sudjatmiko.
“Hey ini Watimin ya? Sudah sampai dimana? Gimana dijemput apa?,” kata Budiman yang kemudian dijawab oleh Watimin. “Oh nggak Pak terima kasih. Percuma saja kalau saya dijemput wong tujuannya jalan kaki ke Jakarta,” ujar Watimin menjawab tawaran Budiman.
Sampai di Jakarta Watimin langsung dijemput oleh tim Budiman dan diajak istirahat di rumah dinas DPR RI. Di rumah dinas Budiman Watimin istirahat dan banyak ditemui wartawan yang wawancara. Oleh Budiman ia ditawari untuk jalan-jalan dengan mobilnya. Namun Watimin menolak. Karena sudah sampai di Jakarta dan nazarnya sudah terkabul, ia bermaksud langsung pulang ke Kroya. Oleh Budiman kemudian dibelikan tiket kereta api jurusan Purwokerto. Di Purwokerto Watimin supaya menginap di Hotel Aston. Pagi harinya Watimin dijemput oleh perangkat desa setempat dan sampailah ia ke kampung halaman dengan perasaan lega.
“Saya sangat bersyukur nazar saya sudah terlaksana. Saya berterima kasih kepada semua saja terutama para Polsek yang saya hampiri dan mau memberikan tanda tangan sebagai bukti saya jalan kaki. Dan kepada Pak Budiman saya sampaikan terima kasih sebesar-besarnya atas perhatian dan bantunnya,” ujar Watimin menutup bincangannya. (Saring Hartoyo)