Selarasindo.com–Anggota DHC 45 dan Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI) Kabupaten Banyumas temu kangen dengan Koeswintoro anggota LVRI Kebumen. Bertempat di kantor Kanminvetcad IV-01 Purwokerto, Sabtu 13 Nopember 2016 dengan penuh kebahagiaan.
Ketua DHC 45 Banyumas Drs. H. Warsono NS dalam kata sambutannya mengucap terima kasih kepada Kaminvet XI-IV Banyumas yang berkenan memvasilitasi pertemuannyapara sesepuh ini dengan Koeswintoro anggota LVRI Kebumen. Ia juga menyampaikan terima kasih kepada Bpk Koeswintoro yang juga owner Grafika Group sebagai inisiator silaturahmi ini.
“Semoga Pak Koeswintoro dipanjangkan umurnya dan sehat sehingga bisa terus berjuang,” ujar Drs. H. Warsono NS membuka sambutannya.
Semakin tua.
Ia kemudian menungungkapkan, bahwa DHC 45 dalam menjalankan kegiatannya terasa semakin berat. Hal ini lantaran anggotanya semakin tua juga semakin menyusut jumlahnya. Padahal semakin tua semakin tidak sehat.
“Saya sendiri sekarang sudah kurang pendengarannya,” ungkapnya.
Menurutnya, pertemuan ini merupakan ajang silaturahmi. Ia ingat pesan leluhur. Barangsiapa yang ingin dipanjangkan umurnya dan diberi banyak rejekinya jalinlah silaturahmi. Warsono juga minta maaf kepada anggota DHC 45 maupun dari LVRI yang banyak diantaranya tidak bisa hadir dalam silaturahmi kali ini.
Selain sudah sepuh, juga banyak yang sudah meninggal. Ada juga yang sedang sakit atau fisiknya sudah repot. Silaturahmi ini merupakan suatu upaya dalam rangka meneruskan perjuangan dan pengabdian pada nusa dan bangsa.
Dikatakan oleh Warsono NS bahwa Angkatan 45 dengan Veteran ini hampir sama yakni sama-sama pejuang. Namun apabila Angkatan 45 ini habis karena dimakan usia, maka anggaran dasarnya harus diubah. Anggotanya adalah orang-orang yang berjiwa perjuangan. Siapa saja yang memiliki jiwa dan semangat 45, bisa menjadi anggota DHC 45.
“Tapi kenyataannya kami saat ini sudah tidak bisa berjalan seperti apa yang dilakukan oleh para pejuang 45 yang hidup dalam jiwa perjuangan. Kalau dulu berjuang dengan semangat. Tidak usah punya apa-apa. Haus, kita mampir ke rumah orang pasti dikasih minum. Bahkan kalau ada pasukan datang, masyarakat menyiapkan makanan secukupnya,” kenangnya.
Sebagai contoh, ketika ia membuat buku berjudul Banyumas Membara tahun 2003, itu betul-betul merupakan hasil perjuangan. Ia bersama Pak Imam Soetardjo BA, Nislam DS, Pak Sarna, dan lain-lainnya itu betul-betul dengan biaya sendiri. Mulai dari peninjauan ke tempat-tempat bersejarah bahkan hingga ke Purbalingga dari biaya sendiri. Namun kini DHC 45 dalam berjuang sudah tidak ada yang peduli bahkan pemerintah pun seakan tidak peduli lagi.
Karena pada jaman Presiden Gus Dur, melarang organisasi-organisasi seperti ini diberi bantuan dana dari pemerintah. Kini Presiden Jokowi sudah dibuka peluang itu. Namun dengan syarat harus berbadan hukum.
“DHC 45 kabupaten badan hukumnya bernaung pada pengurus tingkat pusat. Jika DHN tidak punya badan hukum dan tidak ada bantuan pemerintah, maka yang dibawah juga sulit untuk mendapat bantuan yang berasal dari anggaran pemerintah. Alhasil, hingga saat ini DHC 45 Banyumas juga tidak pernah mendapat bantuan dari pemerintah,” ungkapnya
Hanya kadang apabila ada instansi yang mengadakan kegiatan yang berkaitan dengan jiwa kejuangan, DHC 45 Banyumas kadang dilibatkan. Dengan begitu maka para pejuang selain bisa temu kangen dengan para anggota DHC 45, juga bertemu dengan para pemuda generasi penerus bangsa.
Kesempatan seperti itu sebenarnya sangat menarik baik bagi remaja maupun orang tua. Karena para sepuh dan anak muda merupakan kesempatan untuk mewariskan nilai-nilai kejuangan. Sehingga, generasi muda sebagai penerus bangsa betul-betul tahu bagaimana Indonesia merdeka. Hanya dengan bambu runcing serta alat sederhana lainnya mereka bisa.
“Nah sekarang, nilai-nilai perjuangan bagi anak muda sudah menjadi sesuatu yang asing. Perjuangan itu apa? Makanan Apa itu perjuangan? Karena semakin jauhnya pemahaman nilai-nilai perjuangan, maka kini kursi pemerintahan yang diduduki generasi penerus bangsa yang tidak tahu nilai-nilai perbanyak para pejabat baiuangan baik di eksekutif, legislatif maupun yudikatif banyak yang terjerat kasus korupsi dan menjadi penghuni hotel prodeo. Karena mereka lupa terhadap nilai-jilai dan jiwa perjuangan,” ujar Warsono lagi.
Sebenarnya orang tua seperti kita ini masih diperlukan untuk mewariskan nilai-nilai kejuangan. Nilai-nilai kejuangan ini masih dihayati oleh bapak ibu sekalian. Seperti apa yang dilakukan oleh Pak Liem (Koeswintoro) yang ingin terus menjalin hubungan dengan para orang-orang tua seperti ini karena didorong semangat kejuangan.
“Beliau ini banyak kesibukan karena membuka usaha dimana-mana. Usahanya itu memerlukan banyak waktu untuk itu dan perhatian beliau. Namun karena memiliki jiwa kejuangan dan memiliki kepedulian untuk mewariskan nilai-nilai perjuangan kepada generasi muda penerus bangsa hingga pada hari ini menjalin silaturahmi dengan kita semua,” paparnya lagi.
Hal seperti inilah yang sudah tidak dimiliki generasi saat ini. Boleh dikata, saat ini jiwa kejuangan sudah erosi, sudah terkikis bahkan sudah mengalami abrasi. Justru saat ini diperlukan mengangkat nilai-nilai kejuangan dan semangat perjuangan. Namun anehnya bantuan dari pemerintah itu justru distop.
“Bahkan sepertinya pemerintah tidak memiliki atau tidak menganggap perlu. Sebagai bukti saat ini saya sudah tidak pernah mendengar aktifitas DHN 45. Begitu pula dengan DHD apalagi DHC 45 di tingkat kabupaten seperti yang ada di sini,” ujarnya lagi.
Selanjutnya Warsono menuturkan, kalau DHD 45 masih mending. Walaupun realtif sedikit, namun DHD 45 propinsi Jawa Tengah memiliki dana abadi. Dan DHC 45 kabupaten tidak mendapat bantuan secara khusus dari pemerintah.
“Padahal kami banyak agenda DHC 45 seperti Penanaman Nilai-Nilai Pejuangan, Pendidikan Komunikator Nilai-Nilai Perjuangan 45 dan lain-lain. Oleh karenanya kami saat ini justru sangat butuh bantuan untuk mendanai kegiatan itu. Namun sayang, saat ini sama sekali tidak ada bantuan dari pemerintah. Padahal suatu organisasi perjuangan apabila tidak didukung oleh anggaran tidak mungkin bisa berjalan. Minimal untuk akomodasi membutuhkan biaya.
Oleh karena itu Warsono betul-betul merasa bersyukur, salud dan hormat kepada para pejuang yang saat ini masih bisa berkumpul. Termasuk Pak Koeswintoro masih selalu perhatian kepada para pejuang.
“Mudah-mudahan nilai-nilai kejuangan ini bisa diwariskan kepada para generasi muda, ” ujar Drs. H. Warsono NS seraya menutup sambutannya. (Saring Hartoyo)