Selarasindo.com–Sebagai anggota Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI) kabupaten Banyumas, Sugeng Budiarto (88) berharap generasi muda sebagai penerus bangsa memegang erat kesatuan dan persatuan. Jangan suka memisahkan suku, ras, etnis dan agama. Sebab dulu mereka semua ikut berjuang memerdekakan bangsa ini.
Biar pun ayah saya orang pendatang, namun karena saya dilahirkan di Purwokerto, makan dan minum airnya orang Banyumas maka saya adalah bangsa Indonesia. Karena hari kemerdekaan RI, 17 Agustus 1945 saya adalah salah seorang yang ikut mendirikan Polisi Militer (PM).
“Pada saat itu saya mulai berjuang pada usia 17 tahun. Setelah kedaulatan dipegang oleh Bangsa Indonesia, usia saya 25 tahun dan kembali ke orang tua. Bahkan oleh ibu saya saat itu merasa was-was sebab saya dikira ditangkap Belanda. Setelah merdeka saya kembali ke masyarakat,” ujar Sugeng Budiarto saat ditemui usai silaturahmi dengan anggota DHC 45 dan LVRI di Purwokerto Sabtu 12/11.
Dari teman-teman seperjuangan tahu bahwa Sugeng saat itu adalah Polisi Tentara Angkatan Perang. Dan ia adalah salah satu pendiri PM (Polisi Militer). “Karena saat itu yang berani melucuti senjata PM Jepang itu saya ” ujarnya.
Ketika masih remaja usia 14 tahun, oleh tentara Jepang ia sering diajak ke tempat yang sekarang ini dijadikan Sekolah Susteran Elisabet. Untuk itu jiwa kejuangannya sangat kental yakni untuk berjuang demi kemerdekaan Indonesia.
Sugeng merasa prihatin atas terjadinya demo 4 Nopember 2016 lalu yang berakhir sedikit kisruh. Sebetulnya demo tidak harus sampai seperti itu. Demo tersebut terkontaminasi kepentingan politik sehingga apabila dibiarkan bisa terjadi adu domba. “Oleh karena itu pemerintah harus turun tangan. Jika tidak maka negara ini akan hancur” tuturnya.
Di akhir bincanganya ia berharap, diantara kita jangan sampai saling menyisihkan satu sama lain. Kita harus bersatu padu menjunjung tinggi kebhinekaan. Pesan ini disampaikan terutama kepada generasi muda yang kelak akan menjadi penerus bangsa di masa datang. (Saring Hartoyo)