Sanggar Cowong Sewu pimpinan Titut Edy Purwanto, menyajikan kesenian Cowong yang dikemas secara teaterikal dihadapan para Romo di Agro Karang Penginyongan (AKP), (SH)
Selarasindo.com–Sejumlah 13 Romo Balita (dibawah lima tahun) dari keuskupan Purwokerto,mengadakan pertemuan selama tiga hari 8-10 Desember 2018 di wahana wisata edukasi Agro Karang Penginyongan (AKP) di desa Karang Tengah kecamatan Cilongok kabupaten Banyumas Jawa Tengah.
Dalam pertemuan tersebut selain efaluasi juga dalam rangka penyusunan program kegiatan tahun 2019. Selain itu, para Romo juga menikmati keindahan alam dan budaya Banyumas yang disajikan pada malam Minggu oleh seniman dan budayawan Banyumas Titut Edi Purwanto yang juga Menejer operasional AKP.
Dikatakan oleh kordinator acara ini Romo Agustinus Ontong Kusuma bahwa pertemuan seperti ini diagendakan 4 kali dalam setahun dan kali ini adalah pertemuan ke empat tahun 2018. Acara diawali dengan perwakilan Uskup Purwokerto, tukar pengalaman dari masing-masing wilayah dan pelepasan Romo yang sudah melewati lima tahun.
Suasana baru.
Setelah tiga hari dua malam mengadakan kegiatan di AKP, ketika dimintai kesan dan pesannya Romo Agustinus Ontong Kusuma menuturkan bahwa secara pribadi ia mendapatkan suasana baru di AKP.
” Di sini, hawanya tidak terlalu dingin, tapi panas juga tidak. Beda waktu mengadakan acara di Wonosobo hawanya dingin sekali,” ujar Romo Agustinus Ontong Kusuma sesaat sebelum pulang. Selain hawanya segar, konsep tempatnya juga indah.
“Ketika jalan menikmati taman yang indah sehingga jerih lelah terbayar,” ujar Romo Ontong, demikian panggilan akrabnya. Ketika dimintai kesannya tentang budaya Banyumasan yang ditampilkan semalam oleh Titut Edi Purwanto, Romo Ontong mengaku terkesan dan menambah pengalaman khususnya tentang budaya Banyumasan.
Meski saya lahir di wilayah Banyumas bagian timur (Wonosobo) tapi kultur kehidupan keluarganya lebih ke arah timur sehingga tidak mengenal budaya Banyumasan.Di AKP ia banyak mendapat pengalaman tentang alam dan narasi sejarah.
Karena sebuah tempat wisata bukan sebatas penataan keindahan yang ditawarkan tapi juga ada narasi sejarah sehingga memiliki nilai yang lebih tinggi,” ujar pria kelahiran Wonosobo 14 Februari 1989 ini seraya mengatakan bahwa kesenian dan kebudayaan jalur yang paling baik untuk menjalin kesatuan dan persatuan bangsa. (Saring Hartoyo).