Selarasindo.com–Pria bernama lengkap Hardi Nugroho SPd ini sekarang tengah mengabdi di SMP Negeri 1 Ambal Kebumen Jawa Tengah. Meski tugas utamanya mengajar bahasa Indonesia, namun sejak kecil hingga saat ini ia gemar membaca sejarah.
Seperti halnya Sabtu 1/12 lalu, ketika di depan sekolahannya ada acara perayaan HUT PGRI ke 73 dan Hari Guru Nasional ke 24, kepada selarasindo.com ia sempat bertutur sekilas tentang sejarah Kadipaten Ambal yang sekarang menjadi kecamatan Ambal.
Sekilas cerita Adipaten Ambal.
Kecamatan Ambal, dulu pernah sebagai kadipaten yang pada saat itu wilayah ini dipegang oleh kerajaan Mataram. Namun sebagai kadipaten hanya seumur jagung atau hanya satu periode. Yakni, ahli warisnya tidak diberi kesempatan untuk meneruskan jabatan Adipati seperti kadipaten lain pada umumnya.
Cerita ini bermula, saat itu di daerah Urut Sewu terkenal dengan begal, preman atau kecu. Yang dibegal adalah orang yang membawa upeti dari wilayah Purworejo barat seperti Cilacap dan sekitarnya kepada raja Mataram dan didaerah sekitar Mirit itu dibegal.
Wilayah yg dikuasai berandalan kejam dan menakutkan bernama Puja atau Gamawijaya mulai dari Karangbolong sampai kesultanan Yogjakarta.
Pada zaman perang Diponegoro, Semedi putra dari selir Hamengku Buwono III mengungsi ke Kedu. Pangkatnya baik dari ordenans menjadi kolektif di Kebumen dengan nama Raden Ngabekti Mangunprawira.
Dia adalah sosok pemberani dan ingin mengikuti sayembara itu. Dia berbicara dengan lurah Sijeruk, kalau putranya Andaga Wargantaka dan Puja adalah saudara seperguruan. Mereka murid dari Gamawiwangka. Hasil dari kerjasama itu rahasia kekuatan dan kelemahannya Puja akhirnya bisa diketahui.
Akibat seringnya upeti itu di daerah tersebut dibegal akhirnya Raja mengadakan sayembara. Barang siapa yang bisa menangkap dan membunuh begal tersebut akan mendapat hadiah menjadi adipati. Sang begal yang bernama Puja atau Gamawijaya ini dikenal sangat sakti. Bahkan ditembak pun tidak mempan. Maka muncullah salah seorang yang memiliki kesaktian sama dengan sosok sang begal tersebut.
Kemudian Gamawijaya didatangi oleh salah satu teman seperguruan yang bernama Mangunprawira. Hal ini karena ia tahu kelemahan Gamawijaya, akhirnya mengambil kesempatan untuk mengikuti sayembara. Kelemahan Gamawijaya ada pada selendang yang berada di kaki sebelah kiri. Maka apabila ingin mengalahkan Kanawijaya syaratnya harus bisa membuka selendang yang menutupi kakinya itu. Dengan bersusah payah ia berupaya selendang yang dipakai sang begal ini agar dilepas. Dengan banyak cara selendang yang dipakai untuk tali di badan akhirnya terbuka dan kaki sebelah kiri Gamawijaya bisa dipatahkan oleh Mangunprawira.
Bahkan karena Gamawijaya ini mempunyai kekuatan lebih, oleh Mangunprawira tubuhnya dipotong-potong. Kepalanya ditanam di Pasar Bocor, Bulus Pesantren, dan pada bagian tubuhnya ditanam di alun-alun Kebumen. Dari keberhasilanya membunuh Gamawijaya dan memenangkan sayembara maka Mangunprawira mendapat hadiah sebagai Adipati di kadipaten Ambal dan mendapat gelar K.R.A.H. Poerbanegara.
Namun sesuai dengan perjanjian K.R.A H. Poebanegara menjadi Adipati Ambal hanya satu periode selama 44 tahun (1828-1872). Maka setelah masa tugasnya habis, kadipaten Ambal tidak bisa diturunkan kepada ahli warisnya. Hingga kini yang menunggu bekas kantor kadipaten Ambal dari ahli waris yang dulu menjadi pembantu Adipati Poebanegara.
Jadi heritage sejarah.
Menurut Hardi bahwa tempat peninggalan sejarah ini berpeluang untuk dijadikan heritage atau rumah peninggalan sejarah. Bahkan Ambal oleh Pemda Kebumen akan dijadikan pintu gerbang bandara New Yogya Internasional itu dari arah barat. Sedang rumah peninggalan Adipati Ambal yang luas lahannya sekitar 2 hektar namun sebagian sudah dipakai masyarakat sehingga apabila ada wacana akan dibangun gedung kadipaten tempatnya sudah sangat sulit.
Demikian pula lapangan atau alun -alun yang berada di depan pendop (sebelah selatan jalan) kini sudah ditempati warga masyarakat. Namun Masjid Kauman hingga kini masih ada. Selain itu jalur jalan dari kadipaten yang menuju ke pantai saat ini sudah tidak lurus lagi namun berbelok arah.
Bekas kadipaten Ambal sebuah tempat bersejarah yang berada di dukuh Sawahan desa Ambalresmi kecamatan Ambal, kabupaten Kebumen. Pada jaman penjajahan di kecamatan Ambal ada beberapa titik yang menjadi tempat penyimpanan senjata dan perkantoran yang sudah punah atau beralih fungsi. (Saring Hartoyo/Jokowal)